Narasi

Nyaris Kalah, Allah Tegur Kesombongan Muslimin Saat Perang Hunain

Berbagai peperangan yang diikuti Rasulullah SAW menyimpan banyak hikmah yang tersirat di dalamnya. Salah satunya Perang Hunain yang terjadi setelah Fathul Makkah. Banyak masyarakat Arab yang sudah tunduk pada Islam, namun Suku Hawazin dan Tsaqif serta Kabilah Nashr, Sa’ad bin Bakar hingga Jusyam masih menolak tunduk pada Islam.

Mereka tidak mau menyerahkan diri kepada Islam karena merasa masih mempunyai harga diri. Hingga pada akhirnya mereka ikut bergabung dengan salah satu pemuka mereka yang bernama Malik bin Auf an-Nashry. Mereka kemudian sepakat untuk memerangi kaum muslimin. Malik bin Auf an-Nashry inilah yang menjadi pemimpin pada Perang Hunain.

Persiapan Pasukan Malik bin Auf an-Nashry

Malik bin Auf an-Nashry pada saat itu memerintahkan semua kalangan untuk ikut serta dalam peperangan, dari para wanita, saudara, harta hingga anak-anak. Mereka bermarkas di Autas, lembah Hawazin dekat Hunain.

Dalam buku “Sirah Nabawiyyah” karya Syekh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Ada Duraid bin Shimmah, sosok kakek tua yang mahir dalam strategi perang. Ia menjadi juru nasihat pasukan Malik. Namun karena mengkritik dan menyarankan untuk memulangkan harta, keljuarga, anak dan orang-orang yang lemah. Malik memecatnya.

Malik justru murka dan tidak lagi mejadikannya juru perang. Menurutnya, mengikutsertakan semua pihak dan kalangan menjadi salah satu cara kontribusi dan peran mereka dalam peperangan.

Pengintai Dari Kedua Belah Pihak

Pasukan Malik bin Auf an-Nashry mengirimkan beberpa mata-mata untuk memastikan sudah sampai mana pasukan Nabi Muhammad. Yang terjadi, merka malah melihat segerombolan orang berjubah putih bersinar menunggangi kuda. Para pengintai menyarankan agar pasukan Malik mundur dan membatalkan peperangan tersebut. Tetapi pendapat itu ditolak.

Dari pihak Kaum Muslimin, Nabi Muhammad SAW mendelegasikan Abu Hadrad Al-Aslamy untuk menjadi pengintai, dengan cara menyusup ke gerobolan pasukan Malik. Abu Hadrad berhasil menjalankan tugasnya dengan sempurna sehingga pasukan Nabi mengetahui perkembangan musuh.

Allah Tegur Kaum Muslimin yang Sombong

Saat perjalanan menuju ke Hunain, para sahabat melintasi pohon yang bernama Dzatul-Anwath. Masih dalam buku yang sama, Rasulullah menceritakan bahwa pengikut Nabi Musa menyembelih hewan dan menggantungnya di bawah pohon rindang itu, kemudian mengelilinginya.

Ada salah satu sahabat yang menyeletuk kepada Nabi Muhammad agar meminta kepada Allah menjadikan pohon itu sebagaimana pada masa Nabi Musa. Setelah itu Nabi menegur dan mengingatkan untuk tidak melakukanya lagi. Disisi lain, ada salah satu sahabat yang menyombongkan diri.

Ia merasa pasukannya bersama Rasulullah lebih banyak dari pada lawan, sehingga akan mendatangkan kemenangan yang besar tanpa tanding. Padahal hasil kemenangan perang tidak seluruhnya murni karena usaha manusia, namun juga ada campur tangan Allah. Hal itu menciptakan kesombongan dan pengakuan akan kehebatan tanpa Allah yang membantunya.

Waktu shubuh tiba dan kian berlalu, Nabi Muhammmad membagi tugas pada pasukannya. Pada saat itu pula pasukan Malik menyerang mereka. Ternyata pihak lawan telah menempati berbagai sudut tempat yang tepat untuk mengepung pasukan Nabi.

Sebagaian mereka berlari menyelamatkan diri hingga situasi tidak terkondisikan. Pada saat yang genting, Nabi tetap tenang dan berusaha meyakinkan kepada pasukannya untuk tidak lari. Beliau terus melaju menghunus dengan masuk ke gerombolan pasukan Malik bersama puluhan sahabat lainnya.

Kemudian sahabat yang bersama Rasulullah memanggil teman-temannya untuk mendekat ke sumber suara dan mengajak mereka untuk bangkit kembali berperang bersama Nabi Muhammad. Hingga akhirnya mereka berhasil membalikan situasi dan memenangkan peperangan tersebut.

Ayat Tentang Perang Hunain

Segala persiapan pasukan Kaum Muslimin untuk memerangi Suku Hawazin, Tsaqif dan beberapa kabilah lainnya sudah matang. Tetapi saat itu pula mereka merasa sombong. Rasa sombong meliputi hatiya pada saat itu. Allah kemudian memberikan teguran bahwa, kekuatan besar tidak menjamin kemenangan kecuali atas bantuan Allah SWT.

Wajar, apabila pasukan kaum muslimin sebelum itu pontang panting melawan pasukan Malik yang jumlahnya lebih sedikit daripada kaum muslimin. Bahkan mereka sempat menggempur pasukan Nabi meskipun pada akhirnya mereka mampu membalikan kedaan dan meraih kemenangan.

Ketenangan, keberanian sekaligus keimanan para sahabat yang kembali hadir setelah diporak-poranda pasukan Malik yang merubah keadaan dan situasi menjadi berubah. Hingga mampu menghunus lawan dengan tercela. Kisah itu Allah kekalkan dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 25-27;

قَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَاطِنَ كَثِيْرَةٍۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا وَّضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْاَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَۚ ۝٢٥

“Sungguh, Allah benar-benar telah menolong kamu (orang-orang mukmin) di medan pepe
rangan yang banyak dan pada hari (perang) Hunain ketika banyaknya jumlahmu menakjubkanmu (sehingga membuatmu lengah). Maka, jumlah kamu yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu kemudian kamu lari berbalik ke belakang (bercerai-berai).”

Pada Perang Hunain, pasukan Muslimin mendapatkan harta rampasan mencapai sekitar 6.000 tawanan, 24.000 unta, 4.000 waqih perak hingga 40.000 kambing.

Sumber gambar: sarungtenunmangga

Ayu Sugiarti

Recent Posts

Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

22 jam ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

2 hari ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

2 hari ago

Jaga Ucapanmu

Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

3 hari ago

Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

3 hari ago

Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

3 hari ago