Narasi

Tidak Ada Kawan dan Lawan Abadi dalam Politik

Dalam dunia politik, ada satu prinsip yang sering kali dipegang teguh oleh para politisi: tidak ada kawan dan lawan yang abadi. Prinsip ini mencerminkan realitas bahwa hubungan dalam politik sangat dinamis dan sering kali berubah sesuai dengan kepentingan yang ada.

Fleksibilitas dalam Aliansi Politik

Politik adalah arena di mana kepentingan menjadi faktor utama yang menentukan hubungan antar aktor. Seorang politisi atau partai politik bisa saja beraliansi dengan pihak tertentu pada satu waktu, namun di waktu lain bisa berseberangan. Hal ini terjadi karena kepentingan politik yang selalu berubah-ubah. Misalnya, dalam pemilihan umum, partai-partai yang sebelumnya bersaing bisa saja bergabung untuk membentuk koalisi demi mencapai tujuan bersama.

Kepentingan sebagai Faktor Utama

Henry Palmerston, seorang Perdana Menteri Inggris pada abad ke-19, pernah mengatakan bahwa dalam politik tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingan. Pernyataan ini sangat relevan hingga saat ini. Kepentingan politik bisa berupa kekuasaan, kebijakan, atau bahkan stabilitas nasional. Oleh karena itu, politisi harus fleksibel dan siap untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Dampak pada Stabilitas Politik

Prinsip tidak ada kawan dan lawan abadi ini juga memiliki dampak pada stabilitas politik. Di satu sisi, fleksibilitas ini memungkinkan adanya rekonsiliasi dan kerjasama yang lebih luas. Misalnya, setelah pemilu yang penuh dengan persaingan, partai-partai yang sebelumnya bersaing bisa saja bekerja sama untuk membentuk pemerintahan yang stabil. Di sisi lain, prinsip ini juga bisa menimbulkan ketidakpastian dan ketidakpercayaan di kalangan publik, karena perubahan aliansi yang tiba-tiba bisa dianggap sebagai bentuk oportunisme.

Dalam politik, tidak ada kawan dan lawan yang abadi. Prinsip ini mencerminkan realitas bahwa hubungan dalam politik sangat dinamis dan sering kali berubah sesuai dengan kepentingan yang ada. Fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan adalah kunci untuk bertahan dalam dunia politik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa dalam politik, yang abadi bukanlah hubungan personal, melainkan kepentingan.

Dengan memahami prinsip ini, kita dapat lebih bijaksana dalam menyikapi dinamika politik yang terjadi di sekitar kita. Fleksibilitas dan adaptabilitas adalah kunci untuk menghadapi perubahan dan mencapai tujuan politik yang lebih besar. Jadi, mari kita hadapi dunia politik dengan sikap yang terbuka dan siap untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Oleh: Badrut Tamam (PP. Assholihiyyah Genuk Semarang)

Badrut Tamam

Recent Posts

Teknologi Digital: Penyelamat atau Penjerat?

Teknologi digital sudah merambah pada setiap aspek kehidupan kita. Mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja,…

2 jam ago

Generasi Toleran: Revolusi Hati untuk masa depan yang Damai

Toleransi, sebuah kata yang sering kita dengar namun tak selalu kita pahami sepenuhnya. Di era…

2 hari ago

Menjaga Kecantikan dari Dalam: Akhlak sebagai Kunci Utama

Kecantikan sering kali diasosiasikan dengan penampilan fisik, seperti kulit bersih, tubuh ideal, atau wajah menarik.…

2 hari ago

Filosofi dan Singkatan Dari Huruf Santri

Menjelang Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2024 ini, kontribusi santri sudah merebak di berbagai hal.…

2 hari ago

Mahasiswa KKN 78 Iain Kudus Berpartisipasi dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi di Masjid/Mushola Desa Wandankemiri pada saat Bulan Mulud

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momen yang penuh berkah dan semangat kebersamaan di tengah…

3 hari ago

Mahasiswa KKN-MB 078 IAIN Kudus Gelar Kegiatan Jumat Berkah (Berbagi di Hari Jumat)

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari program KKN-Moderasi Beragama (KKN-MB) 078 IAIN Kudus yang bertempat…

3 hari ago