Narasi

Filosofi dan Singkatan Dari Huruf Santri

Menjelang Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2024 ini, kontribusi santri sudah merebak di berbagai hal. Tidak hanya bergulat di dunia kepesantrenan saja. Mereka juga punya peran di ranah politik, ekonomi, enterpreneur dan masih banyak lagi. Perubahan tersebut mencerminkan adanya laju zaman yang signifikan pada dunia pesantren dalam mengikuti perkembangan zaman.

Santri kemudian semakin melekat ketika presiden Joko Widodo mengabadikan  tanggal 22 Oktober sebagai HSN sekitar sembilan tahun lalu. Masyarakat yang jauh dari istilah keagamaan menjadi familiar berkat peringatan HSN tersebut. Sehingga banyak peluang untuk terjun di lapangan masyarakat secara luas.

Semakin banyak peluang  semakin banyak pula pesantren yang menyediakan pemahaman keterampilan di luar pengetahuan agama. Hal ini sebagai bekal untuk mengeksiskan kemampuan yang tidak hanya seputar keilmuan agama. Selain itu juga menyangkal pemahaman bahwa santri sebagai kaum yang gaptek ataupun konservatif.

Karakteristik yang dimiliki adalah ilmu agama. Menjalani kehidupan di arus informasi teknologi, santri ikut perperan di berbagai ranah strategis negara tanpa menghilangkan identitasnya.  Hal ini yang menjadi pembeda dari yang lain.

Singkatan dan Harapan Kata Santri

Kata santri dalam tradisi pesantren memiliki makna yang mendalam.  Term itu dalam dunia pesantren terkenal sebagai singkatan kata dengan harapan mampu melekat pada dirinya.  Ada yang mengatakan singkatan tersebut menjadi bagian dari filosofi. Sebagaimana jumlah huruf dalam kata “santri” yakni lima. Jumlah pilar tersebut yang seharusnya ada. Antaranya;

  1. Kata   س

    سالك الى الاخرة

    Saalikun Ila al-Akhirah. Harus menuju pada jalan akhirat. Santri mampu menjalani kehidupan dengan tidak mengesampingkan akhirat. Bukan berarti melulu tentangnya, namun menjalani hidup secara imbang antara dunia maupun akhirat.

    2. Kata ن  

    ناءب عن المشايخ

    Naaibun ‘ani al-Masyayikh. Sebagai pengganti para guru (Ulama). Ulama mencetak generasinya dari para santri yang belajar di pesantren dengan menimba ilmu agama.

    3. Kata ت

    تارك عن المعاصي

    Taarikun ‘ani al-Ma’ashi. Mampu menjauhkan diri dari kemaksiatan. Selain mendalami agama, menjauhi kemaksiatan menjadi cara santri menjauhi hal hal yang menghalangi masuknya ilmu dan menjaga jiwa hingga batinnya.

    4. Kata ر

    راغب في الخيراة

    Rooghibun fi al-Khoirot. Senang terhadap kebaikan. Santri mesti mencintai kebaikan dan menolak keburukan. Akan menjadi pertanyaan ketika mengharapkan ridho Allah namun tidak menyukai kebaikan.

    5. Kata ي

    يرجو السلامة في الدين والدنيا والاخرة

    Yarju as-Salamata fi ad-Diini waddunya wal akhirah. Selalu mengharapkan (mempunyai harapan menuju) keselamatan di dalam agama, dunia, dan akhirat. Harapan tersebut sebagai bentuk seorang hamba yang mengakui kehidupan dunia tidak abadi. Dirinya akan kembali pada pencipta dengan membawa bekal agama.

    Istilah huruf diatas, mempunyai kalimat filosofis yang berbeda-beda. Namun arti dan maknanya tetap pada satu tujuan yakni sebagai sosok yang harus mencintai ilmu untuk membekali dirinya di akhirat hingga menyampaikan dan mengimplementasikan ilmunya di dunia.

    Sumber gambar: Jendelahukum.com

    Ayu Sugiarti

    Recent Posts

    Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

    Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

    20 jam ago

    Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

    Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

    2 hari ago

    Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

    Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

    2 hari ago

    Jaga Ucapanmu

    Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

    3 hari ago

    Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

    Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

    3 hari ago

    Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

    Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

    3 hari ago