KH Muslih Abdurrahman Mranggen: Tokoh Penting Tarekat dan Pejuang Kemerdekaan

Bagi jamaah thariqah di Indonesia, khususnya Tarekat Qodiriyyah wa Naqsabandiyyah tentu tidak asing dengan KH Muslih Abdurrahman Mranggen Demak. Beliau KH Muslih Abdurrahman adalah salah satu ulama besar Indonesia yang dikenal ketokohannya, yaitu sebagai mursyid Tarekat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah. (TQN). Beliau lahir pada tahun 1908 di Desa Suburan, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, dari pasangan KH Abdurrahman dan Hj. Shofiyyah.

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

KH Muslih berasal dari keluarga yang memiliki garis keturunan ulama. Ayahnya, KH Abdurrahman, adalah pendiri Pesantren Futuhiyyah Suburan Mranggen Demak pada tahun 1901. Dari jalur ayah, silsilah KH Muslih bersambung dengan Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang terkenal. Sedangkan dari jalur ibu, beliau masih memiliki hubungan darah dengan Sunan Ampel.Sejak kecil, KH Muslih sudah menunjukkan minat yang besar dalam menuntut ilmu agama. Beliau belajar dari berbagai ulama besar, termasuk ayahnya sendiri, serta para masyayikh di Haromain seperti Syeikh Yasin Al-Fadani Al-Makky. Selain itu, beliau juga menimba ilmu di berbagai pesantren, termasuk Pesantren Termas di Pacitan dan Pesantren Sarang di bawah asuhan KH Zubair Dahlan.

Peran dalam Tarekat dan Pendidikan

KH Muslih dikenal sebagai salah satu mursyid TQN yang sangat dihormati. Beliau aktif dalam mengembangkan dan membesarkan Jam’iyah Ahlit Thariqah Al-Muktabarah An-Nahdliyah (Jatman). Sebagai mursyid, beliau memberikan bimbingan spiritual kepada banyak murid dan pengikut tarekat di seluruh Indonesia.Selain perannya dalam tarekat, KH Muslih juga berjasa dalam mengembangkan pendidikan Islam. Beliau mengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen yang didirikan oleh ayahnya. Pesantren ini menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang penting di Jawa Tengah. KH Muslih juga mendirikan Madrasah Diniyyah Awaliyyah Futuhiyyah untuk memperkuat pendidikan agama di kalangan santri.

Perjuangan Melawan Penjajah

KH Muslih tidak hanya dikenal sebagai ulama, tetapi juga sebagai pejuang kemerdekaan. Beliau terlibat dalam berbagai kegiatan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Sebagai anggota laskar Hizbullah, beliau berlatih kemiliteran bersama Syeikh KH Abdullah Abbas Buntet Cirebon. Selain itu, beliau juga bergabung dengan komando pasukan Sabilillah yang beranggotakan para kiai dan ulama di wilayah Demak selatan.

Warisan dan Pengaruh

KH Muslih wafat pada tahun 1981 di Mekah. Meskipun telah tiada, warisan dan pengaruhnya masih terasa hingga kini. Diantaranya Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak terus berkembang dan menjadi salah satu pesantren terkemuka di Indonesia. Ajaran dan bimbingan spiritualnya melalui TQN juga terus diikuti oleh banyak pengikutnya. KH Muslih Abdurrahman Mranggen adalah contoh ulama yang tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam perjuangan kemerdekaan dan pendidikan. Dedikasinya dalam mengembangkan tarekat dan pendidikan Islam menjadikannya salah satu tokoh yang sangat dihormati di Indonesia.

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *