Santri Melek Digital: Menjembatani Tradisi dan Modernitas

Di era digital yang serba cepat ini, pesantren tak lagi menjadi tempat yang terisolasi dari arus informasi. Santri, generasi penerus Islam, kini melek teknologi digital dan memanfaatkannya dalam berbagai keperluan. Bagaimana cara mereka menyelaraskan tradisi pesantren dengan kemajuan teknologi? Apakah digitalisasi dapat memperkuat nilai-nilai Islam atau justru menjadi ancaman bagi nilai-nilai luhur?

Generasi Z Santri di Indonesia berusia 15-24 tahun (generasi Z) memiliki akses internet dan aktif menggunakan media sosial. Mereka melek digital dan mampu memanfaatkan teknologi untuk berbagai keperluan, seperti belajar, mencari informasi, dan berdakwah. “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Santri Modern

Santri memanfaatkan Teknologi untuk Kebaikan dengan memanfaatkan platform YouTube untuk membuat konten edukatif tentang Islam. Konten yang menarik dan mudah dipahami akan menarik jutaan penonton dan membantu banyak orang memahami Islam dengan lebih baik. Teknologi sebagai Jembatan Menuju Ilmu Pengetahuan, Teknologi digital membuka akses bagi santri untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu, seperti sains, teknologi, dan seni. Melalui platform online, kini mereka dapat mengikuti kuliah daring dari para ahli di berbagai bidang, memperkaya wawasan, dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Namun, penggunaan teknologi digital juga memiliki tantangan. Santri perlu berhati-hati dalam mengakses informasi di internet, karena tidak semua informasi yang beredar benar dan bermanfaat. Pesantren dapat menyediakan akses internet yang terfilter, program edukasi tentang literasi digital, dan pelatihan untuk memilah dan memilih informasi yang benar dan bermanfaat. Teknologi digital juga bisa disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti bermain game berlebihan, menonton konten negatif, atau menyebarkan berita hoax. Maka dari itu Pesantren perlu menerapkan aturan dan pengawasan yang ketat terkait penggunaan teknologi. Santri juga perlu dorongan dalam menggunakan teknologi r bijak dan bertanggung jawab.

Dalam penggunaan teknologi digital tidak boleh mengabaikan tradisi dan nilai-nilai Islam dari para pendahulu. Santri harus tetap memegang teguh nilai-nilai luhur seperti akhlak mulia, toleransi, dan kasih sayang dalam berinteraksi dengan teknologi.

Kutipan dari Buku “Digital Minimalism” oleh Cal Newport: “Teknologi seharusnya menjadi alat yang kita kendalikan, bukan yang mengendalikan kita.”

Santri melek digital adalah sebuah fenomena yang menarik dan penuh potensi. Dengan memanfaatkan teknologi dengan bijak, santri dapat menjembatani tradisi dan modernitas, memperkuat nilai-nilai Islam, dan menjadi agen perubahan yang positif di era digital.

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *