Oleh: Al Ma’ruf PP Salaf APIK Kaliwungu
Santrimilenial.id_Madhad bin Amru al-Jurhumi, seorang pemimpin di Makkah, pernah menghadapi serangan besar dari musuh-musuhnya yang membuatnya kewalahan. Dalam upaya melindungi sebagian hartanya dan menghapus jejak, ia melemparkan berbagai benda berharga, seperti patung emas dan pedang, ke dalam sebuah sumur. Sumur tersebut kemudian ia timbun dengan pasir gurun yang panas.
Menurut Ali Husni al-Kharbuthli dalam bukunya Tarikh al Ka’bah (1991), sumur tempat benda-benda itu di sembunyikan adalah Zamzam. Peristiwa yang terjadi jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW itu mengakibatkan sumur Zamzam terkubur dan tidak di ketahui keberadaannya. Sebagai sumber utama air, hilangnya Zamzam membuat masyarakat Arab terpaksa menggali sumur-sumur baru untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Munculnya Sumur-Sumur Baru
Akibat menghilangnya Zamzam, berbagai klan di Makkah mulai menggali sumur mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga besar masing-masing. Misalnya, Bani Tamim bin Marrah membuat sumur yang di namai Jufur, Abdusy Syam bin Abdi Manaf menggali sumur At-Thua, dan Hasyim bin Abdi Manaf menciptakan sumur Badzar.
Namun, tidak satu pun dari sumur-sumur baru ini yang mampu menyamai kesegaran dan limpahan air Zamzam. Nama “Zamzam” sendiri di yakini berasal dari sifat airnya yang melimpah. Keberadaan banyak sumur ini, alih-alih mempererat masyarakat, justru menciptakan perpecahan. Terlebih lagi, tidak semua pemilik sumur mengizinkan orang lain mengambil air tanpa imbalan. Pengecualian ada pada sumur Al-Ajul yang di gali oleh Qushay bin Ka’ab, yang airnya tersedia untuk umum. Namun, sumur ini kemudian di tinggalkan setelah seorang dari Bani Ja’il terjatuh ke dalamnya.
Kisah Abdul Muthalib dan Mimpinya
Setelah bertahun-tahun masyarakat kesulitan memperoleh air, seorang pemimpin Quraisy bernama Abdul Muthalib mendapatkan petunjuk melalui mimpi yang datang berulang kali. Dalam mimpi itu, ia di perintahkan untuk mencari sumur Zamzam yang telah lama hilang. Sosok dalam mimpinya memberikan petunjuk bahwa Zamzam terletak di bawah kotoran dan darah, dekat dengan tanda berupa “paruh gagak tuli” dan “sarang semut.”
Abdul Muthalib menafsirkan mimpi ini sebagai simbol-simbol yang mengarah pada lokasi sumur tersebut. Kotoran dan darah ia maknai sebagai tanda air Zamzam yang berkhasiat menyembuhkan. Paruh gagak tuli merujuk pada bangsa Habasyah yang pernah menghancurkan Ka’bah, sementara sarang semut menggambarkan sumur yang akan di kerumuni banyak orang.
Dengan keyakinan penuh, Abdul Muthalib memulai pencariannya. Sebagai bentuk penghormatan, ia mengadakan kurban besar-besaran dan berbagi makanan sebelum memulai penggalian. Di bantu oleh putranya, ia menggali di antara dua berhala, Aslaf dan Nailah, yang merupakan tempat keramat bagi para penyembah berhala.
Meskipun mendapat perlawanan dari para penyembah berhala, Abdul Muthalib tetap melanjutkan penggalian. Usahanya membuahkan hasil ketika ia menemukan harta berupa patung rusa, pedang, dan benda-benda berharga lainnya yang terkubur di lokasi itu. Pada kedalaman tertentu, akhirnya ia berhasil menemukan sumber air yang melimpah. Zamzam yang selama ini hilang kini kembali di temukan.