santrimillenil.id – Setiap orang pasti mempunyai kesibukan masing-masing. Baik kesibukan itu berupa belajar, bermain, bahkan hanya sekedar tiduran. Sebagai seorang manusia, kita itu berhak mengatur diri kita sendiri berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Pastinya, kita akan selalu menjalankan hal-hal yang memang kita inginkan.
Bagi seorang penulis yang memang benar-benar menjadikan menulis sebagai karirnya, dengan sendirinya pun ia pasti selalu ingin mendalaminya. Ia pasti selalu memprioritaskan menulis dibandingkan dengan hal lainnya. Di sisi lain, banyak pula orang yang menjadikan menulis hanya sebagai sampingan di balik kesibukan yang dijalaninya. Mereka menulis hanya sekedar menjadi teman curhat di waktu gelisah ataupun bahagianya. Tidak sedikit pula orang yang memang ingin menjadikan menulis sebagai karirnya tapi terkadang terdapat beberapa hal bermunculan yang menghambat jalannya.
Sebanyak apapun pekerjaan, kita harus bisa menyelesaikan terlebih dahulu yang paling inti untuk kebaikan kita. Kita perlu meninggalkan dahulu pekerjaan yang sifatnya hanya menjadi tambahan dalam aktivitas kita. Jika kita memang ingin menjadi seorang penulis, kita perlu menjadikan kegiatan menulis dan membaca menjadi pekerjaan inti untuk kebaikan kita. Karena menulis dan membaca merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan ketika ingin menjadi seorang penulis. Terdapat beberapa cara agar kita tidak kehilangan arah waktu mendalami dunia kepenulisan. Di antaranya:
1. Menentukan Tujuan
Ketika kita melakukan sebuah hal tapi tidak tahu apa tujuan hal tersebut kita lakukan, pastinya seringkali kita akan berhenti di tengah jalan. Bukan hanya berhenti saja, bahkan sampai bisa tersesat nantinya. Menjadi seorang penulis yang tidak pernah memiliki tujuan yang jelas, maka akan sulit untuk menjalankannya nanti. Seorang penulis harus punya tujuan yang jelas untuk apa ia belajar menulis. Apakah memang menulis hanya sekedar untuk tempat curhat atau ingin menciptakan hal besar untuk dirinya.
Ketika seorang penulis sudah punya tujuan menulis untuk apa, sesibuk apapun pekerjaan yang dilakukan pasti nanti akan menyempatkan sedikit waktunya untuk menulis. Kebanyakan dari kita jika memiliki tujuan yang belum terealisasikan hari-hari yang dilakukan pun terasa masih ada yang mengganjal. Tujuan untuk apa kita menulis itu harus kita pikirkan terlebih dahulu agar di dalam pikiran kita bisa tersimpan erat bahwa menulis itu penting untuk kita. Kalau memang kita sudah memiliki tujuan dalam menulis, kekuatan untuk menyelesaikan tulisan kita pasti akan selalu kita usahakan.
2. Membuat Jadwal Rutinan
Kita bisa menentukan langkah kita terstruktur rapi jika memang ada jadwal yang harus kita patuhi. Setiap orang pasti memiliki waktu luang yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Kita bisa menjadwalkan waktu menulis di waktu yang memang benar-benar di dalamnya kita tidak ada pekerjaan apa-apa.
Sesibuk apapun waktu kita, jika kita sudah membuat jadwal yang harus kita tepati sendiri pastinya hal itu bisa sedikit membantu agar kita mampu ingat untuk menulis. Apalagi kita sudah memiliki tujuan bahwa menulis itu baik untuk diri kita.
3. Membuat Target Pencapaian
Kita perlu menantang diri kita dengan memasang terget setinggi-tingginya untuk kita raih. Tanpa adanya target capaian, kita tidak akan pernah merasa tertantang untuk melakukan sebuah hal. Pasti hal yang kita lakukan akan berjalan tanpa arah karena tidak ada target yang jelas.
Mempunyai terget setinggi-tingginya itu penting bagi seorang penulis. Maksimal dalam waktu satu tahun kita harus bisa menghasilkan satu karya cetak. Jika kita sudah memasang target setinggi-tingginya tapi kita tidak bisa meraihnya, capaian yang kita raih pun kemungkian nanti bisa berada sedikit di bawahnya. Tapi, jika target yang kita tanamkan itu rendah, jika tidak berhasil pun capaian yang kita dapatkan bisa sangat rendah.
Maka dari itu, penting bagi kita memasang target setinggi-tingginya dalam menghasilkan karya tulis. Karena apabila kita memang tidak bisa meraih sepenuhnya, mungkin kita masih bisa berada sedikit di bawahnya. Dengan adanya target ini juga mempu membuat diri kita tertantang untuk terus membagi waktu kita agar menjadi seorang penulis itu tercapai.
4. Melihat Orang yang Berada di atas Kita
Perlu kita ketahui, semua orang pasti memiliki waktu yang sama, yakni 24 Jam dalam sehari. Dengan waktu 24 jam tersebut, hasil yang didapatkan pun ternyata sangat beragam. Dalam sehari ada yang bisa menulis sampai dua halaman, satu halaman, bahkan tidak sama sekali. Jika kita memang punya keinginan menjadi seorang penulis, kita harus memaksa diri kita untuk menulis di dalam waktu 24 jam tersebut.
Coba kita renungkan, kalau memang kita masih ingin menjadi seorang penulis di tengah kesibukan kita, kalau kita sendiri saja tidak pernah ingin memaksakan diri kita menyempatkan untuk menulis, jika ada waktu luang tidak kita gunakan untuk membaca atau menulis tapi bermain, apakah mungkin cita-cita kita menjadi seorang penulis bisa terealisasikan? Kita lihat diri kita, saat ini kita masih berada di dalam fase satu hari masih belum bisa menghasilkan tulisan apapun atau satu hari bisa menghasilkan sedikit tulisan tapi belum istiqomah? Jika kita masih di fase tersebut, kita perlu selalu berlajar dengan mereka yang bisa membagi waktu di tengah kesibukannya untuk menyempatkan waktu menulis setiap satu hari bisa menyelesaikan satu halaman bahkan lebih.
Lelah? Tidak ada sebuah kesuksesan yang bisa diraih dengan mudah. Pasti semua kesuksesan memerlukan tetesan keringat, bahkan sampai berdarah-darah. Jika orang lain diberikan waktu yang sama -24 Jam-, lalu mereka bisa menghasilkan tulisan satu halaman bahkan lebih di tengah kesibukan yang membersamai. Pastinya kalau kita mau membagi waktu kita dengan sebaik-baiknya kita juga bisa menirunya.
Jika memang kita punya cita-cita menjadi seorang penulis yang hebat, kita harus rela mengorbankan prioritas lain agar kita bisa merealisasikan cita-cita kita. Kita harus selalu gagah berdiri untuk maju di saat berbagai hantaman menghampiri. Sejauh mana usaha yang kita lakukan, sejauh itulah kesuksesan yang akan kita raih. Karena, Man jadda wajada (Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan berhasil). Wallahu’alam.
Oleh: Muhammad Sholihul Huda, PP Mansajul Ulum, Pati.