Menjaga lingkungan bagian dari aplikasi hubungan timbal balik antara alam dan makhluk hidup. Kelestarian alam yang terawat akan memberikan nilai positif pada manusia, seperti oksigen, penyerapan air yang baik dan lain sebagainya. Hubungan tersebut kita kenal dengan istilah ekologi.
Pengetahuan tentang ekologi sudah bertebaran di berbagai kalangan masyarakat. Pasalnya, implementasi ekologi mempunyai pengaruh besar terhadap dampak yang akan terjadi ketika melalaikannya. Kerugian tersebut tidak hanya diberikan kepada manusia namun juga satwa dan keberlangsungan hidup manusia pada generasi mendatang.
Pembahasan ekologi tidak berhenti pada pengelolaan menjaga lingkungan yang bersifat hutani, tetapi juga hal lain yang begitu luas. Misalnya pertama, terkait adanya keanekaragaman hayati. Kedua, pemetaan konsumsi pangan. Ketiga, mengenai perilaku makhluk hidup.
Keempat, ledakan hama dan penyakit tanaman. Kelima, menekan munculnya sumber penyakit manusia. Kemudian sebagai solusi masalah pertanian. Ketujuh, mengenai pencemaran lingkungan hingga terkait masalah energi.
Ego Manusia: Dampak Negatif Ekologi
Banyak hal yang membuat kerusakan lingkungan terjadi. Namun yang kerap kali punya pengaruh besar disebabkan oleh ego manusia. Pada dasarnya, ego yang ada pada manusia bisa saja berefek positif ketika dapat menjaga hal hal yang baik dengan menempatkan sesuatu pada tempat dan porsinya.
Akan tetapi ketika ego manusia melampaui batas untuk mencukupi kebutuhan dirinya, ia tidak dapat terkontrol dan akan terus menerus, tanpa henti sehingga melupakan dampak kerusakan yang muncul. Misalanya pepohonan yang ditebang tanpa tebang pilih. Hal ini akan berdampak pada tempat tinggal beragam satwa. Habitat mereka hilang hingga menyebabkan banjir bandang, saat tidak ada lingkungan yang menyerap air.
Selanjutnya ada pembuangan sampah sembarangan. Kurangnya rasa sadar pada manusia akan mempengaruhi lingkungan sekitar, baik di darat maupun laut. Salah satu sampah yang sulit terurai adalah sampah plastik. Demikian akan mencemari laut, selain merusak biota laut akan membunuh barbagai satwa ikan bahkan terumbu karang. Ulah manusia yang tidak terkendali inilah yang akan merusak alam.
Peran Pesantren Pada Ekologi
Pesantren mempunyai hak otoritas terhadap santri dalam mendidik. Lembaga berbasis agama ini mampu membawa para santri pada arus yang telah ditentukan. Demikian, ia sangat berpotensi menjadi wadah para santri untuk menumbuhkan jiwa ekologi. Sebab nilai-nilai kelestarian lingkungan juga tersirat dalam Al-Qur’an.
Pesantren memiliki kesempatan besar untuk membangung jiwa dan sikap para santri dalam lingkungan. Misalnya mengembangkan integritas, kepribadian yang sigap dan tanggung jawab dalam ekologi. Pasalnya, doktrin dalam pesantren begitu kuat. Di sana tidak hanya berhenti pada teori namum implementasi yang terus terkawal dalam keseharian atau rutinitas sehari-hari.
Beberapa hal yang bisa pesantren terapkan pada lingkup fisik misalnya, mengembangkan kebijakan-kebijakan yang yang bersifat ramah lingkungan, menyisipkan kurikulum lingkungan di tengah intelektual keislaman, keragaman hayati, mengadakan ekowisata sampai ektrakurikuler tadabur alam.
Selain menyangkut dhohir, pesantren juga bisa menerapkan nilai-nilai ekologi melalui spiritual. Tentu, norma tersebut sangat masif dan menjadi karakteristek yang pesantren ciptakan pada santri, karena santri agent of change. Inspirasi tersebut supaya aspek ekologinya menyatu bersama keilahiyahan yang pesantren ajarkan saat turun langsung di lingkungan masyarakat.
Norma ekologi yang tertanam pada akhirnya tidak hanya sebatas melindungi manusia dari ancaman bencana alam, namun juga upaya menyelamatkan bumi dari kerusakan.