santrimillenial.id – Faith atau keimanan di United Kingdom tidak hanya berkaitan dengan urusan vertikal kepada tuhan, melainkan juga mempuyai peran penting dalam merespon isu-isu penting yang akan dihadapi oleh United Kingdom (UK) di masa depan. Di antara isu tersebut adalah isu krisis air di UK pada tahun 2050.
Isu krisis air di UK merupakan isu lama yang belum terselesaikan. Bahkan sebuah laporan yang berjudul The state of the environment: Water Resources mengatakan bahwa:
- Dampak tekanan pada sumber daya air sudah jelas dan akan meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi, perubahan iklim, dan perubahan cara kita menggunakan lahan.
- Pengambilan, drainase, dan perubahan permukaan air merupakan penyebab utama kerusakan lahan basah.
- Pada tahun 2017, pengambilan sekitar 28% badan air tanah dan hingga 18% air permukaan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat yang berkelanjutan.
- Pada tahun 2016, pengambilan yang tidak berkelanjutan mencegah setidaknya 6% dan mungkin hingga 15% badan air sungai untuk memenuhi status atau potensi ekologi yang baik.
- Curah hujan musim dingin telah meningkat sejak pertengahan abad ke-18; curah hujan musim panas telah sedikit menurun selama periode yang sama.
- Aliran sungai musim dingin yang tinggi telah meningkat selama 30 tahun terakhir, dengan peningkatan berikutnya dalam frekuensi dan besarnya banjir.
- Tidak ada tren yang jelas dalam kekeringan, tetapi aliran sungai musim panas dan permukaan air tanah dapat menurun di masa mendatang.
Selain itu, Emma Howard Boyd, Ketua Badan Lingkungan Hidup memprediksi krisis air akan melanda United Kingdom pada tahun 2050 mendatang. Krisis air mempunyai dampak besar pada kurangnya pasokan air bersih bagi manusia, dunia bisnis, pertanian, margasatwa dan lingkungan. Adapun factor utama yang menyebabkan hal ni terjadi adalah climate change atau perubahan iklim, peningkatan populasi dan pengalihfungsian lahan.
Menaggapi hal ini, Prof. Anastasya, Ketua Peneliti Cambridge Interfaith Program (CIP) melakukan sebuah penelitian terkait dengan hubungan faith atau keimanan dengan penggunaan air (water use). Dalam projeck penelitiannya, ia fokus pada Agama Islam dan Yahudi. Dalam kedua agama tersebut air merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan.
![](https://santrimillenial.id/wp-content/uploads/2024/12/A1-10-1024x627.jpg)
Umat Yahudi atau Jewish menggunakan air sebagai media untuk melakukan mikvah (kolam air alami yang digunakan dalam ritual pembersihan dan pemurnian dalam agama Yahudi. Kata mikvah berasal dari bahasa Ibrani yang berarti “kumpulan [air]”.) Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pembersihan dan pemurnian ritual, pertobatan, pernikahan dan siklus bulanan wanita.
Sedangkan dalam Agama Islam, air digunakan sebagai media untuk thaharah atau bersuci, baik wudhu, menghilangkan najis atau mandi jinabat (mandi untuk menghilangkan hadats besar). Walaupun air merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan umat Islam, bukan berarti Agama Islam mengajarkan untuk melakukan pemborosan dalam penggunaan air. Bahkan, Islam menekankan untuk selalu mempertimbangkan aspek efisiensi. Hal ini terlihat dari tidak dianjurkannya membasuh anggota wudhu melebihi dari 3 basuhan (dalam hal ini hukumnya makruh).
Selain itu, ia mengatakan bahwa Agama Islam adalah agama yang mendukung dan mempunyai sustainability vision atau visi keberlanjutan. Hal ini berbeda dengan pandangan modernitas yang selalu mengedepankan aspek kemajuan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Bahkan dalam peradaban modern telah membahas terkait dengan teknis membawa manusia ke bulan, nanoteknologi, medical advances atau kejamuan medis dan yang lain. Walaupun demikian, terdapat sebuah tuduhan yang dilontarkan kepada peradaban modern bahwa peradaban modern sangat picik, yaitu menggunakan sumber daya alam dengan sangat cepat.
Melihat air merupakan bagian vital dalam sebuah agama, maka sebagai umat beragama mempunyai tanggung jawab bersama untuk melestarikan ketersediaan air dengan merawat keberlangsungan planet ini. Terdapat banyak hal yang telah dilakukan oleh komunitas agama di UK untuk hal tersebut. Adapun pembahasan lebih detail akan saya lanjutkan di tulisan selanjutnya. Wallahu ‘alam.
Penulis: Muhammad Ulil Albab, Peserta Santri International Fellowship United Kingdom 2024 sekaligus Koordinator Duta Damai BNPT RI Regional Jawa Tengah.