Metode Pengajaran dalam Al-Qur’an

Ilustrasi pengajaran kepada anak-anak

Islam memerintahkan umatnya mencari ilmu sejauh apapun tempatnya. Esensi yang tertuju agar mendapatkan pengetahuan sehingga menjalankan kehidupan sesuai dengan ajaran Islam. Karena hidup bagian dari perjalanan dan tempat mengumpulkan bekal pada kehidupan akhirat, perlu mengetahui banyak hal.

Sehingga mampu mengaplikasikan berbagai tindakan semasa hidup dengan ilmu yang diperoleh. Menjadi manusia takwa yang menempati posisi paling mulia juga harus menggunakan pengetahuan. Meskipun dengan cara pendidikan yang berbeda dari setiap individu.

Bukan tempat pendidikan paling bagus yang menjadi parameter pendidikan, akan tetapi dari berbagai jalur dan bentuk pendidikan yang mampu mencetak jiwa dan akal manusia terus berkembang.

Metode pendidikan untuk setiap orang, bahkan di dunia memiliki caranya masing-masing. Memaksakan kriteria terbaik pendidikan tidak cukup jika tidak sesuai dengan potensi seseorang. Malah akan merusak proses pertumbuhan seseorang akibat tertekan.

Maka pendidikan melalui model apapun akan terbaik selama membawa murid-muridnya berkembang. Tentu dengan usaha pelajar pula, sehingga harus ada usaha dari berbagai arah untuk mendapatkan pengetahuan yang baik.

Al-Qur’an juga merangkum bagaimana proses Allah mengajarkan ajaranNya kepada para rasul, Allah kepada malaikat, Nabi untuk umatnya ataupun makhluk lainnya. Sebagaimana kebijaksanaan dan maha ‘alimNya Allah, selalu memuat pelajaran di setiap gerak proses pembentukan sejarah.

Metode Pengajaran dengan Dialog

Proses Allah mengajarkan kepada Nabi menjadi referensi untuk menularkan cara yang Allah praktikan, salah satunya dialog. Cara ini Allah perlihatkan kepada manusia yang bercakap bersama malaikat dengan kisah penciptaan Nabi Adam untuk menjadi kholifah di bumi. Kisah tersebut terekam pada Surat Al-Baqarah: 31

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Lalu cerita Nabi Musa yang ingin belajar dengan Nabi Khidir. Namun pertemuannya berakhir karena Nabi Musa tidak menepati ketentuan yang telah disepakati bersama. Hal itu tercatat dalam Surat Al-Kahfi: 65-72.

Proses pembelajaran itu termasuk pada metode dialog yang langsung berinteraksi antara yang belajar dan yang berbagi ilmu. Cara ini menjadi lebih efektif di beberapa bidang ilmu pengetahuan karena ada proses percakapan secara langsung sehingga tidak hanya satu arah. Namun dua arah yang saling membantu.

Cara Pengajaran Melalui Perumpamaan

Selain metode dialog, ada cara pembelajaran melalu perumpamaan. Pada istilah Arab sebutannya adalah amsal. Beberapa perumpamaan dalam Al-Qur’an bisa kita temukan dalam Surat Ar-Rad: 35 yang membahas perumpamaan orang yang bertakwa akan memperoleh surga, itulah janji Allah.

مَّثَلُ ٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلْمُتَّقُونَ ۖ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ أُكُلُهَا دَآئِمٌ وَظِلُّهَا ۚ تِلْكَ عُقْبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا۟ ۖ وَّعُقْبَى ٱلْكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ

Artinya: Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.

Masih banyak ayat-ayat perumpamaan yang terkandung dalam Al-Qur’an. Allah menggunakan amsal untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia. Sehingga ini menjadi petunjuk dan contoh metode penyampaian pembelajaran.

Dengan demikian, metode pemisalan juga melatih seseorang untuk memahami keabstrakan sesuatu, lalu melatih otak untuk menganalisis kasus mana yang bisa menjadi pemisalan. Dengan begitu seseorang akan sekaligus belajar mengambil kesan yang tersembunyi pada teks maupun percakapan amsal.

Metode Pengajaran dengan Kisah

Kemudian Allah menyampaikan pesan melalui ayat Al-Qur’an menggunakan metode kisah. Ayat-ayat yang ada, banyak yang membahas tentang kisah umat atau nabi terdahulu. Allah merangkum di berbagai surah agar manusia mempelajari hikmah yang ada. Cerita yang tercantum memiliki beragam peristiwa.

Misalnya, mukjizat yang Allah berikan kepada nabi hingga umat terdahulu, kisah Qabil dan Habil, balasan bagi orang-orang yang mengimani dan mengingkarinya, kisah Nabi Nuh yang anaknya durhaka, Kisah Nabi Isa, Nabi Musa, kisah keluarga Kahfi, Cerita Maryam, dan masih tertera banyak kisah lainnya.

Adapun contoh ayatnya pada kisah Qabil dan Habil dalam Surah Al-Maidah: 27

وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱبْنَىْ ءَادَمَ بِٱلْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ ٱلْءَاخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلْمُتَّقِينَ

Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.

Cara Tarhib dan Targhib

Selain metode dialog, perumpamaan dan kisah ada cara tarhib. Ini adalah cara yang Allah gunakan untuk mengancam manusia yang melakukan pelanggaran atau sesuatu yang Allah benci. Sedangkan metode Targhib memberikan janji yang menyenangkan manusia ketika melakukan kebaikan.

Misalnya metode tarhib dalam Surah Al-An’am:147, Allah SWT berfirman

فَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل رَّبُّكُمْ ذُو رَحْمَةٍ وَٰسِعَةٍ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهُۥ عَنِ ٱلْقَوْمِ ٱلْمُجْرِمِينَ

Artinya: Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah: “Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas; dan siksa-Nya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa”.

Sedangkan contoh cara targhib Al-Baqarah:25 Allah SWT berfirman

وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا۟ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوا۟ هَٰذَا ٱلَّذِى رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَأُتُوا۟ بِهِۦ مُتَشَٰبِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

Artinya: Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.

Kedua metode di atas biasa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya memberi semangat kepada pelajar untuk belajar lebih giat agar mendapatkan nilai bagus. Ketika berhasil akan mendapatkan hadiah. Bisa saja meberikan uang saku tambahan saat melakukan kebaikan dan sebagainya. Begitu pula pada metode tarhib yang memberi ancaman ketika bertindak keburukan atau kejahatan.

Beberapa metode pembelajaran di atas bisa diterapkan dalam mendidik. Cara-cara tersebut juga harus menyesuaikan keadaan seseorang, mana yang lebih bisa memberi pemahaman terhadap pelajar. Namun, implementasi metode lain yang menerapkan selain dari yang ada dalam Al-Qur’an sangat boleh teraplikasikan selama memahamkan.

Sumber gambar: (Doc. Istimewa)

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *