Munajat dalam Islam merujuk pada doa atau permohonan pribadi yang dilakukan seorang hamba dengan penuh ketulusan kepada Allah SWT. Munajat merupakan bentuk komunikasi intim dan spiritual, di mana seseorang mengungkapkan isi hati, keluh kesah, dan permohonan dalam keadaan khusyuk, mencerminkan kedekatan hamba dengan Tuhan dan mencari petunjuk serta ketenangan dari-Nya.
Munajat juga sering dilakukan dalam waktu-waktu tertentu, seperti di malam hari atau saat kesulitan, sebagai sarana untuk memperbaharui hubungan batin dengan Allah. Dalam praktik tasawuf, munajat dianggap sebagai cara untuk mencapai kedamaian batin, merasakan kedekatan dengan Tuhan, dan memohon ampunan serta petunjuk-Nya. Proses ini mengajarkan kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan hati dalam menghadapi ujian hidup.
Munajat atau berdo’a harus ada permohonan yang lengkap dan tepat, karena kebanyakan individu setelah permintaan do’anya terkabul, tetapi tidak mensyukuri. Seperti seseorang yang berdo’a meminta pekerjaan yang halal saja tanpa toyiiban (baik) dan akhirnya dia mendapatkan pekerjaan sebagai pemulung yang membawa karung di pinggir jalan, karena pemulung juga pekerjaan yang halal.
Begitu juga berdo’a kepada dirinya sendiri, keluarga, anak, dan semuanya harus menyelipkan kata sholih dan sholihah. Berdo’a hanya meminta kaya saja tanpa sholih dan sholihah maka akan merusak, meminta untuk menjadi orang yang berpangkat tetapi tidak solih dan sholihah maka akan merusak, dan meminta untuk diberikan kepintaran saja tanpa sholih dan sholihah maka akan merusak. Koruptor merupakan seseorang yang pintar tetapi tidak sholih dan sholihah, miliarder yang menyalahgunaan kekayaannya untuk judi, mabuk, dan lain sebagainya.
Dalam Al Qur’an orang sholih dan sholihah diistilahkan “Ulul Albab” yang juga dijelaskan dalam QS. Ali Imran ayat 191:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka,”
Istilah sederhana yang dikatakan sebagai “Ulul Albab” adalah فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً (Di dunia baik dan di akhirat juga baik). Orang dalam kriteria tersebut akan mendapatkan ganjaran (pahala) dan bayaran (dunia/finansial) yang seimbang dan termasuk orang yang beruntung.
Empat Macam Manusia di Dunia
Jika membahas tentang ganjaran (pahala) dan bayaran (dunia/finansial), manusia terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
- Orang yang Pandai Mencari Ganjaran (pahala) dan Bayaran (dunia/finansial), orang yang sholih dan sholihah yang mempunyai pekerjaan halal, baik, serta gaji yang besar.
- Orang yang Pandai Mencari Ganjaran (pahala) tetapi tidak Pandai Mencari Bayaran (dunia/finansial), seperti orang yang selalu menyibukkan diri untuk ibadah tetapi tidak mau bekerja.
- Orang yang Pandai Mencari Bayaran tetapi tidak Pandai Mencari Ganjaran (pahala), seperti orang yang selalu bekerja tetapi tidak beribadah.
- Orang yang tidak Pandai Mencari Ganjaran (pahala) dan Bayaran (dunia/finansial), seperti pengemis miskin yang malas beribadah.
Dari uraian di atas, kamu termasuk nomor berapa? jika ingin mencapai target nomor satu, yuk kita senantiasa memberikan latihan kepada diriki kita untuk pantas menduduki posisi tersebut. Demikianlah yang dapat disampaikan oleh penulis, semoga bermanfaat. Wallahu A’lam bis Showab