Mengenal Pemikiran Teologi K.H Sholeh Darat

santrimillenial.id – K.H Sholeh Darat atau Mbah Sholeh Darat merupakan salah satu ulama yang ahli tasawuf dalam bidang pendidikan, para muridnya menjadi ulama besar pendiri pesantren, pada zamannya Mbah Sholeh Darat juga dikenal sebagai salah satu ulama prolific di Jawa. Kapasitas keilmuan beliau menjadikannya sebagai sosok yang berpengaruh pada abad ke 19. Banyak santri yang menjadi ulama besar dalam sejarah Islam pernah belajar kepada beliau. Sebagai ulama yang hidup di abad ke-19, pemikirannya melampui zamannya.

Mbah Sholeh Darat dikenal produktif dalam menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam berbagai karya tulis. Dalam berbagai karya yang dihasilkan menunjukkan, beliau tidak hanya dikenal sebagai pakar dalam bidang tasawuf, melainkan juga bidang-bidang kajian Islam lainnya, seperti teologi (kalam) dan fikih. Beliau terkenal sebagai ulama pemikir dibidang ilmu kalam. Ia merupakan  penganut dan pendukung paham teologi asy’ariyah dan maturidiyah .

Hal tersebut bisa kita lihat dalam bukunya Tarjamah Sabil al-‘Abid ‘ala Jauharuh at-tauhid, yakni penafsirannya tehadap hadis nabi Muhammad SAW tentang terpecahnya umat islam ke dalam 73 golongan setelah nabi meninggal dan hanya satu golonhan yang selamat. Menurutnya, yang dimaksud Nabi Muhammad SAW adalah golongan selamat adalah mereka yang beramal sebagaimana nabi, dan golongan yang melaksanakan pokok-pokok kepercayaan Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah.

K.H Shaleh Darat memberikan sentuhan bahasa lokal untuk mengaktualisasikan pengetahuan yang selama ini dipahami. Transfer keilmuan melalui aksara arab pegon menjadi strategi jitu untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat yang ingin mengenal Islam. Hal ini terbukti efektif sebagai langkah yang bisa ditempuh pada waktu itu. Hal ini memberikan inspirasi bahwa ilmu bisa diperoleh melalui proses menggunakan dari arab menjadi pegon.

Terbitnya Al-Mursyid Al-Wajiz menjadi transmisi keilmuan yang menyabungkan antara generasi satu dengan yang selanjutnya. Selain itu, kitab kuning menjadi penjaga tradisi yang terus dilestarikan di lembaga pendidikan di Indonesia, dalam hal ini pesantren. Menurut Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa kitab kuning merupakan elemen dasar, yaitu literatur universal yang dipelihara dan diajarkan dari generasi ke generasi selama berabad-abad, secara langsung berkaitan dengan konsep kepemimpinan kiai yang unik.

KH. Saleh Darat memiliki perhatian serius terhadap teologi Islam. Berbagai kitab teologi Islam yang sampai sekarang masih populer di kalangan pesantren di Nusantara, praktis di dalami secara serius oleh KH. Saleh Darat, seperti Jawharah al-tawhid, Sittin al -masa’il dan umm al -barahin.

Studi Bruinessen menemukan, Jawharah al-Tawhid merupakan kitab teologi yang banyak dipergunakan di kalangan pesantren untuk tingkat menengah. Biasanya kitab tersebut disandingkan dengan kitab-kitab lainnya, seperti Nur al-zalam, Tuhfah al-Murid, Fath al-Majid, Jawahir al-Kalamiyyah, Husun al-Hamidiyyah, dan Aqidah al-Islamiyyah. Sebaliknya, Umm al-Barahin dipergunakan bagi kalangan pelajar atau santri tingkat tinggi (aliyah) dan kelas-kelas khusus (khawas). Dengan mengacu pada Bruinessen, maka dapat disimpulkan pengetahuan teologi Islam yang dimiliki oleh KH. Saleh Darat dapat disebut cukup mendalam, selain juga penguasaannya terhadap bidang kajian fikih.

Bidang Teologi dan Kalam

Kitab Tarjamah Sabil al-Abid ‘ala Jawharah al-Tawhid merupakan karya KH. Saleh Darat di bidang kajian teologi dan ilmu kalam. Sesuai dengan namanya, kitab ini merupakan terjemah dan komentar atas kitab Jawharah al-Tawhid karya Ibrahim al-Laqqani (1041 H/1631 M). Di kalangan pesantren tradisionalis di Nusantara, kitab ini sangat terkenal (highly popular) dan nyaris tidak ada satu pun yang tidak menggunakan sebagai bahan ajar wajib bagi para santri. Tidak hanya terkenal, Jawharah al-Tawhid dipahami juga berisikan doktrin terpenting dalam kutub teologi Asy’ariyah. Begitu pentingnya, maka para santri “berusaha keras menghafal seluruh teks tersebut, dan mempelajari berbagai syarah atasnya.

Studi Salim dan Ghazali menunjukkan, Jawharah al-Tawhid memuat tentang doktrin dasar teologi Islam yang berlaku umum di kalangan Asy’ariyah. Pembahasan paling awal berkenaan dengan Islam dan rukun-rukunnya, disusul uraian tentang rukun iman dan percabangannya yang mencapai tujuh puluh cabang. Percabangan iman dimaksud, meliputi iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Nabi-Nabi-Nya, hari kiamat, dan kebangkitan manusia.

Yang menarik, Jawharah al-Tawhid juga menempatkan bentuk praksis teologi sebagai bagian dari cabang iman. Bentuk praksis teologi mengurai tentang karakter khusus yang melekat bagi orang-orang yang beriman, mencakup “ucapan hamdalah ketika bersin, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, merukunkan orang yang berselisih, mencitai sesama manusia sebagaimana mencintai diri sendiri dan lain-lain”.

Oleh : Hava Haniva Ariantara

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *