Generasi Z : Mengikis Radikalisme Lewat Kampanye Digital

santrimillenial.id – Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membawa dampak besar terhadap pola interaksi manusia. Hadirnya media sosial bukan hanya memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia. Sisi lainnya media sosial juga menjadi alat propaganda untuk memecah belah bangsa Indonesia. Tentunya perlu respon yang cepat dan tepat untuk mengatasi sisi hitam media sosial ini. Dengan peranan Generasi Z yang lahir di era perkembangan teknologi isu-isu provokatif di ruang digital dapat teratasi dengan maksimal.

Platform-platform media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Twitter telah mengambil posisi penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya dalam berbagi cerita dan pengalaman satu sama lain. Selain mampu menghubungkan orang dari berbagai latar belakang etnis, budaya, agama, dan usia, media sosial juga memiliki peranan bagi masyarakat sebagai tempat untuk mencari hiburan tanpa perlu mengeluarkan tenaga ataupun banyak biaya.

Dengan posisinya yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat Indonesia, media sosial telah menjelma menjadi alat yang mampu mempengaruhi lanskap cara masyarakat menjalani hidupnya. Secara efektif media sosial mampu mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia baik itu dalam profesi, komunikasi, perubahan sosial politik, serta yang paling penting adalah hiburan.

Data Penelitian We Are Social : 60,4 % Populasi adalah Pengguna Media Sosial

Berdasarkan data dari penelitian We Are Social menunjukkan, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada Januari 2023. Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari populasi di dalam negeri. Dari data tersebut artinya terdapat indikasi bahwa media sosial sudah menjadi kehidupan  sehari-hari masyarakat Indonesia yang tidak bisa terpisahkan.

Melihat perbandingan penduduk Indonesia yang aktif di media sosial menunjukan bahwa ruang digital telah memainkan peran penting dalam cara berinteraksi, mendapatkan informasi, dan berpartisipasi dalam kehidupan. Bukan hanya menjadi paltform hiburan saja namun konten-konten media sosial dalam bentuk  video pendek, gambar, atau postingan cerita akan berpengaruh terhadap bagaimana gagasan, opini, serta kebijakan terbentuk dalam lingkungan masyarakat.

Kuatnya media sosial untuk membentuk opini publik dan menggerakan aktifitas masyarakat ternyata bisa menjadi senjata yang berbahaya juga untuk kehidupan sosial masyarakat Indonesia, banyak oknum yang menyebarkan konten yang merusak, hoaks, dan penggunaan platform ini untuk tujuan yang negatif salahsatunya adalah dengan menyebarkan isu intoleransi dan radikalisme di tengah masyarakat. Kebebasan akses yang media sosial miliki bukan hanya memberikan efek positif, kebebasan dan kemudahan ini juga kelompok radikal manfaatkan untuk memecah belah Indonesia dengan mengirimkan pesan-pesan intoleransi.

Kelompok teroris tentu saja tidak mau melewatkan kesempatan yang ada pada fitur -fitur media sosial untuk mempengaruhi opini publik. Tanpa perlu mengungkapkan identitasnya mereka mampu menyebarkan konten provokatif dengan mengaitkan isu-isu sensitif seperti agama, ras, etnis, atau politik di Indonesia. Setelah isu intoleransi menyebar dengan subur di tengah masyarakat, langkah kelompok ekstremis selanjutnya adalah dengan mempromosikan ideologi. Hal ini mereka lakukan untuk menarik simpati individu yang rentan dan merasa terpinggirkan.

Konten Intoleransi dan Tindakan Radikal Masyarakat

Pluralitas dan keberagaman Indonesia saat ini sedang terancam dengan menyebarnya isu-pesan intoleransi yang tersebar luas sebagai hasil pekerjaan oknum tidak bertanggung-jawan di ruang digital. Dengan memanfaatkan ketakutan, ketidakpahaman, serta ketidakpercayaan berbagai kelompok di Indonesia, oknum tidak bertanggung-jawab ini berusaha untuk menimbulkan perpecahan dan pertengkaran masyarakat plural di Indonesia.

Padahal sejatinya keberagaman di Indonesia adalah aset berharga yang coba ditiru oleh negara lain. Menyebarnya isu toleransi ini menjadi alat untuk memicu tindakan-tindakan radikal. Ini menjadi langkah awal merusak keharmonisan dan perdamaian yang telah terbangun selama bertahun-tahun.

Kenyataannya pesan intoleransi tersebut bukan hanya tumbuh dalam lingkungan digital saja tapi juga merambat kedalam dunia nyata. Pesan-pesan provokatif tersebut akan mempengaruhi persepsi dan pandangan sutau kelompok untuk memunculkan ketegangan satu sama lain. Kemudian akhirnya menggerakan  tindakan ekstrem yang tidak bisa kita abaikan begitu saja. Mereka yang terpengaruh dengan konten tersebut akan memandang  yang berbeda pandangan atau latar belakang dengan skeptis. Sehingga hal itu menyebabkan kecurigaan dan ketidakpercayaan menjadi sangat besar.

Isu Agama & Etnis Sebagai Alat Pemicu konflik

Kelompok radikal berusaha menghasut serta membuat marah suatu kelompok dengan kelompok lain lewat narasi-narasi yang menyesatkan. Umumnya mereka menggunakan isu agama dan etnis yang memiliki tingkat sesintifitas tinggi untuk memicu konflik di Indonesia. Individu yang merasa teralienasi atau terprovokasi oleh konten intoleran mungkin memutuskan untuk mengambil tindakan ekstrem. Mereka mungkin tergoda untuk bergabung dengan kelompok-kelompok radikal, merencanakan aksi kekerasan, atau bahkan melakukan tindakan terorisme.

Tentu kita tidak lupa dengan sederet kasus intoleransi yang pernah terjadi di Indonesia. Misalnya saja teror terhadap kyai dan tokoh agama, penyerangan dan pembakaran tempat ibadah, perang antar suku dan etnis serta kasus-kasus yang lain.

Tentunya fenomena ini harus segera kita atasi dengan maksimal agar kerukunan dan keberagaman di Indonesia tidaklah hancur. Kita harus mengupayakan berbagai cara untuk menyelamatkan keberagaman yang sudah terbangun dengan baik di Indonesia. Jika mereka memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan propaganda mereka, maka kita juga harusnya menggunakan alat yang sama untuk melawannya.

Gerakan Kontra-Radikalisasi Gen Z

Filosof dan penulis terkenal bernama Daniel J. Boorstin berargumen bahwa media massa dan berbagai pseudo-event (peristiwa buatan yang diciptakan untuk mendapatkan perhatian media) berperan dalam membentuk persepsi dan keyakinan masyarakat. Dalam konteks ini, ia menyatakan bahwa media massa memiliki peran besar dalam membentuk realitas sosial dan memengaruhi bagaimana masyarakat memandang dunia.

Secara jelas media informasi dapat mempengaruhi pola tindakan masyarakat. Jika pesan-pesan intoleransi di media sosial tidak mendapatkan perlawanan dengan konten-konten toleransi maka isu menyesatkan tersebut akan mereka anggap sebagai kebenaran.

Jika kelompok radikal menyebarkan agenda propagandanya lewat media sosial, seharusnya kita menjadikan konten media sosial juga sebagai alat pencegahannya. Dengan memberdayakan Generasi Z yang tumbuh dalam era digital. Yang mana pada era tersebut teknologi digital dan internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka sejak lahir. Hal ini dapat menjadi senjata besar mengatasi pesan intoleransi di media sosial.

Gen Z tumbuh dalam era digital dan memiliki kecakapan tinggi untuk mengolah media sosial. Dengan begitu Gen Z akan sangat membantu mempromosikan nilai-nilai toleransi yang benar lewat konten-konten positif dan inspiratif. Dengan kreatifitas Gen Z, konten-konten hiburan di media sosial dapat mereka selipkan nilai-nilai  tentang toleransi, keberagaman, dan persatuan.

Gen Z mempunyai pengetahuan tentang algoritma konten yang sedang ramai pengguna media sosial sukai. Algoritma ini dapat mereka aplikasikan lewat  video pendek, gambar, dan cerita yang mereka bagikan. Mereka menampilkan keragaman budaya, agama untuk membentuk pandangan positif semua kelompok  di Indonesia.  Alasan mudahnya pengguna media sosia terprovokasi oleh pesan intoleransi karena faktor ketidaktahuan mereka dengan sesama saudara sebangsa mereka. Lewat konten-konten positif yang mengenalkan nilai positif antar-kelompok mampu membantu semua masyarakat Indonesia mengenal satu sama lain.

Konten Media Sosial Sebagai Alat Komunikasi Efektif

Selain mempromosikan nilai-nilai toleransi dan keberagaman di Indonesia, Gen Z mampu membuat konten sebagai alat komunikasi efektif. Alat tersebut mereka gunakan untuk mengedukasi masyarakat Indonesia tentang isu-isu sosial harus mereka analisis terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan dan tindakan.  Berbagai konten seperti video, tulisan, gambar, dan podcast dapat diolah oleh Gen Z untuk membangun realitas keberagaman Indonesia.

Dengan menggali kisah-kisah setiap kelompok yang inspiratif sebagai bahan konten, Gen Z mampu membangun empati dan pemahaman yang lebih dalam untuk masyarakat Indonesia. Selain itu Gen Z mampu mendorong masyarakat untuk berpikir kritis terkait isu-isu yang berhubungan hak asasi manusia, keadilan sosial, lingkungan, sehingga mereka mampu mengambil tindakan yang tepat.

Melalui semua upaya ini, Gen Z membawa nilai toleransi ke pusat perhatian dalam ruang digital. Mereka menjadikan media sosial sebagai alat yang mempromosikan pemahaman, menghormati perbedaan, dan memperkuat ikatan antarmanusia. Dengan kreativitas dan semangat mereka, Gen Z berkontribusi dalam membentuk masa depan yang lebih inklusif dan toleran, di mana perbedaan dihargai dan dirayakan.

Oleh : Andi Setiawan (PPTI Al Falah Salatiga)

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *