KH. Wazir Ali menjelaskan bahwa menurut penuturan Syeh Murad cairo, ahli hadis dan sekaligus pemuka hadis di Irak. Imam Waqi’ bin Al Jarrah Al Kufi adalah maha guru para imam hadis dan asar yang sangat mashur, seperti gurunya Imam Syafi’i, Imam Ahmad dll.
Imam Waqi’ berguru kepada banyak ulama, di antaranya kepada Imam Auzai, A’mash, Hisyam bin Urwah dan Ibnu Juraij.
Jika di hitung gurunya Imam Waqi’ bisa mencapai ratusan kibaril ulama wal aimmah. Kehebatan hafalannya sampai membuat Imam Syafi’i terheran heran, kagum dengannya, karena setiap yang pernah di dengar pasti hafal, dan setiap yang sudah di hafal tidak pernah lupa.
Beliau di kenal ahli zuhud, wira’i dan taqwa, di karuniai keunggulan di bidang hafalan dan ketelitian ilmu. Lahir tahun 129 hijriyyah. Hidup di tengah-tengah keluarga yang mencintai ilmu, ketaqwaan, dan kepemimpinan. Orang tuanya termasuk pemuka dan sekaligus pembesar ilmu.
Imam Waqi’ juga dijuluki “periwayat Imam Sauri” karena dikenal berkawan lama dengan Imam Syufyan Sauri dalam rentang waktu yang lama.
Suatu ketika Imam syafi’i mengadu kepada Imam Waqi’ tentang buruknya hafalan beliau dan sekaligus minta ijazah darinya.
شكوت إلى وكيع سوء حفظى
فأرشدنى إلى ترك المعاصى
فإن العلم نور ونور الله لا يعطى لعاص.
Aku mengadu kepada Imam Waqi’ tentang buruknya hafalanku, beliau memberi petunjuk agar meninggalkan maksiat.
Karena ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak akan di berikan kepada orang maksiat. Demikian keluhan Imam Syafi’i, yang tertulis di kitab Ta’lim Muta’allim.
Begitu sang guru Imam Sauri meninggal tahun 166 Hijriyyah, kepemimpinan ilmu di gantikan Imam Waqi’.
Imam Waqi’ banyak berpuasa, menghatamkan Al Qur’an berkali kali dalam seminggu, gemar qiyamullail, dan wirid dan dzikir.
Berkali kali khalifah Harun Rasyid menawari jabatan hakim agama,tetapi di tolaknya dengan tegas, sangat zuhud dalam arti tidak pernah mendekat para penguasa dan majelisnya walaupun majelis dzikir yang digagas penguasa.
Persaksian ;
Kata Imam Ahmad :
“Aku belum pernah menjumpai satupun ulama yang keilmuan, hafalan serta sanadnya melebihi Imam Waqi’.
Kata Ibnu Ammar : “Di kufah pada zaman Imam Waqi’ belum ada yang sealim fikih dan hadis melebihi beliau”.
Imam Waqi’ Meninggal tahun 197 Hijriyyah, di makamkan di perkampungan Sayyidah Aisah di Cairo.
*Mengutip dari catatan Ziarah Religi Keluarga Besar Pengasuh Pesantren Khozinatul Ulum di Mesir.
Oleh : Nurul Wahidatul Hamidah (PP Khozinatul Ulum)