Pancasila menjadi salah satu empat pilar Bangsa Indonesia sekaligus ideologi negara. Ketika sebuah kelompok, perorangan ataupun organisasi yang mengkhianati, mengancam, ingin merubah ataupun menghapus Pancasila, hukum akan segera menindaklanjuti. Pasalnya, Pancasila menjadi keistimewaan yang dimana negara lain tidak memilikinya. Sekaligus menjadi keutuhan Nusantara.
Adapun kasus sekelompok orang yang menginginkan Pancasila berubah menjadi khilafah, mengganggap penganut Pancasila sebagai thogut pernah terjadi, bahkan memungkinkan masih bersembunyi hingga kini. Karena basisnya adalah ideologi. Peristiwa demikian setiap dekade pasti terjadi. Mereka dianggap sebagai pelaku teroris.
Meskipun pada dasarnya makna teroris begitu luas dan berkembang. Akan tetapi tindakan yang bertujuan menghancurkan ideologi bangsa perlu adanya cegatan. Karena akan berpengaruh terhadap integritas Indonesia yang heterogen.
Terorisme demikian bermakna segala tindakan yang berusaha mengancam objek secara lacak kemudian berdampak pada kematian, kerusakan, ketakutan hingga kerugian massal. Tujuannya ialah untuk memaksakan keinginan pihak mereka supaya kepentingan mereka mendapatkan kemenangan sekaligus pengakuan.
Pengakuan Mantan Napi Teroris
Ada dua tokoh yang akan menjadi cermin. Pertama ia sosok pemimpin dalam organisasi terorisme yang ingin mengubah ideologi Pancasila menjadi Syariat Islam dan akhirnya mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Kedua, salah satu anggota terorisme dalam kasus pengeboman di Bali pada 2002.
Yang pertama, Abu Bakar Ba’asyir. Merupakan sosok yang pernah terlibat pada pelatihan militer dari sekelompok teroris di Aceh. Ia divonis 15 tahun penjara pada 2011 dan kini telah bebas pada 8 Januari 2021. Ada pengikut Jamaah Islamiyyah (JI) yang mengaku bahwa Ba’asyir merupakan pemimpin spiritual di JI. Adapun JI beberapa kali terdeteksi sebagai penanggung jawab kejadian bom Bali, dan pengeboman di Hotel J.W Marriot Jakarta pada 2003.
Akan tetapi pada 2022 beberapa media menayangkan vidio yang berisi jika Ba’asyir sudah mengakui akan Pancasila. Ia menjelaskan jika para ulama menyetujui pancasila karena mengandung nilai-nilai ketuhanan dan ketauhidan Yang Maha Esa. Ia juga mengakui bahwa tidak mungkin para ulama terdahulu menyepakati Pancasila jika berisi kemusyrikan. Ia menyampaikan bahwa kesadaran akan hal itu, baru muncul saat belakangan ini.
Baginya, nilai Pancasila yang ada dalam implementasinya tidak sesuai. Menurutnya, Pancasila sejak era Soekarno hingga kini hanya sekedar ucapan namun nilai-nilai Pancasila selebihnya sudah banyak yang mengkhianati dan membelokkan.
Kedua, ada Umar Patek. Umar Patek merupakan salah satu pelaku yang berkontribusi dalam pengeboman di Bali pada 2002. Ia berperan dalam meracik bom seberat 50 kg. Adapun salah satu motif pengeboman di Paddys Pub dan Sari Club (SC) Kuta, Bali dan di dekat kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat, Bali ialah, mereka mengganggap jika Bali menjadi salah satu tempat bermaksiat dan melanggar syariyat Islam.
Setelah mendapatkan hukum pidana 20 tahun penjara, Umar Patek menyatakan penyesalan terhadap apa yang ia lakukan. Ia menyampaikan sekecil apapun perannya dalam kasus pengeboman pada tahun 2002 tetap menjadi pelanggaran di mata hukum dan mendapatkan dosa besar dihadapan Allah SWT. Ia menyampaikan pesan tersebut ketika acara Kick Andy mengundangnya dan diunggah di akun YouTube METRO TV.
Telaah Kasus
Dari dua tokoh yang melakukan motif yang sama menjadi bentuk kefanatikan terhadap agama. Pertama, Ba’asyir menginginkan perubahan negara Republik Indonesia menganut syariat bukan pancasila. Ia mengerahkan dan mendoktrin pemikiran kelompoknya untuk ikut pada pemikirannya. Padahal Ideologi Pancasila sudah valid dan tervalidasi kemurnian akan nilai-nilai ketauhidan. Bahkan setiap bathin bait Pancasila tercantum dalam ayat-ayat Al Qur’an.
Sedangkan Umar Patek pada motif pengeboman di Bali menjadi salah sasaran. Terlalu terpaku pada teks tanpa melihat situasi. Ketika menghancurkan wilayah yang mendapatkan notaben diskotik memang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Akan tetapi cara membumihanguskan kawasan tersebut, orang-orang yang tidak bersalah akan terkena dampak negatif. Entah rasa trauma, kerugian bangunan yang hangus, gangguan psikis dan sebagainya.
Demikian hasil Pancasila terbukti dapat mengintegritaskan bangsa. Setiap larik Pancasila terselubung arti hubungan ketuhanan dan kemanusiaan. Jika mengambil istilah Seyyed Hossein Nasr pada teori Eko Teologi nya. Pancasila menjadi susunan bait Teofani dalam kehidupan berketuhanan dan berkemanusiaan.
Sumber Gambar: CNN Indonesia