free page hit counter

Mengkaji Kitab Ihya Ulumuddin: Allah Sang Pengabul Doa

santrimillenial.id – Allah ﷻ telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 186:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”

Dari ayat di atas, kita tahu bahwa Allah ﷻ merupakan Yang Maha Pengabul Doa hamba-hambanya. Allah ﷻ sendiri yang mensifatinya. Bahkan dijelaskan dalam ayat dalam Al-Quran bahwa Allah Maha Mengabulkan Doa. Di antaranya Surat Al-Baqarah ayat 186, Surat Ali `Imran ayat 195, Surat Al-Anfal ayat 9, Surat Hud ayat 6, Surat Yusuf ayat 34, dan masih ada ayat lain yang menjelaskan hal tersebut.

Allah Maha Mengabulkan Doa

Dalam Asma’ul Husna juga disebutkan salah satu sifat Allah ﷻ, yaitu Al-Mujib yang artinya Yang Maha Mengabulkan. Dengan sifat ini Allah ﷻ mengabulkan atau memperkenankan semua permintaan atau permohonan hambaNya. Allah ﷻ mengabulkan doa orang-orang yang tunduk kepadaNya, doa orang-orang yang berharap dan takut kepadaNya, doa orang-orang yang dekat kepadaNya, serta doa orang-orang yang mengalami kesulitan. Siapapun ia, sebanyak apapun dosanya, Allah ﷻ tidak akan membiarkan hambaNya yang dengan tulus, ikhlas, dan penuh harap menengadahkan tangannya untuk berdoa kepadaNya kembali dengan tangan kosong.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jika seorang muslim berdoa, di mana doanya tidak mengandung keburukan atau minta putus kekerabatan, maka Allah pasti mengabulkannya dengan tiga cara: ditunda pengabulannya atau disimpannya untuk akhirat kelak atau Allah mengonversinya menjadi keselamatan dari marabahaya” (HR. Ahmad dari Alkhudry).

Berdasarkan penjelasan di atas, sudah semestinya kita tidak merisaukan doa-doa yang selama ini belum terwujud. Apalagi hanya karena ego kita, rasa tidak sabar kita menjerumuskan kita sampai ke dalam lubang dosa karena telah su’udzan kepada Allah ﷻ. Padahal Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ sudah menjamin bahwa doa-doa kita akan dikabulkan selama tidak megandung keburukan dan meminta putus kekerabatan.

Mengkaji Kisah dalam Kitab Ihya ‘Ulumuddin

Alkisah terdapat dua orang pemuda yang sama-sama ahli ibadah, namun keduanya masuk ke surga yang berbeda. Yang satu masuk ke surga dengan derajat yang tinggi, sedangkan yang satu masuk ke surga yang biasa. Maka si ahli ibadah yg masuk ke surga biasa pun protes ke Allah, “Ya Allah, apakah ibadahnya lebih banyak dariku hingga Engkau mengangkat derajatnya dan memasukkannya kedalam surga yang tinggi?“. Allah pun menjawab, “Sesungguhnya engkau waktu di dunia selalu berdoa agar diselamatkan dari azab neraka, sedangkan dia berdoa agar diberi derajat yang tinggi di surga. Sesungguhnya Aku memberikan apa yang hambaKu minta.”

Khouf dan Roja’

Dari kisah di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa ketika kita berdoa kepada Allah ﷻ jangan hanya didasari rasa khauf (takut) saja, namun juga harus dibarengi dengan raja‘(harap). Keduanya haruslah imbang, dan memang dua hal tersebut adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya harus ada pada diri seorang muslim, karena tanpa ada keduanya maka akan berakibat pada terputusnya jalan-jalan akhirat dan jauh dari harapan serta tidak adanya kemampuan menutup pintu neraka dan siksa yang pedih. Penangkal dari itu semua tidak lain adalah khauf dan raja. Khauf akan membawa diri seorang hamba untuk selalu melaksanakan ketaaatan dan menjauhi perkara yang diharamkan, sedangkan  raja‘ akan menghantarkan diri seorang hamba untuk selalu mengharap apa yang ada di sisi Allah ﷻ.

Jangan pernah berputus asa akan rahmat Allah ﷻ, dan hendaklah kita selalu takut akan kebesaranNya dan kekuasaanNya.

Anda mungkin juga suka.