Kisah Syaidah Fatimah Binti Muhammad, Sebagai Panutan Perempuan Muslim di Dunia

santrimillenial.id – Fatimah binti Muhammad merupakan sosok Wanita muslim yang tak asing bagi kaum muslim di dunia. Beliau merupakan putri bungsu dari Rasulullah dan Syaidah Khadijah binti Khuwailid r.a. yang lahir di Mekah pada tanggal 20 Jumadil Akhir, lima tahun sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul. Kisah kehidupannya menjadi suri tauladan bagi perempuan Islam maupun umat muslim di seluruh dunia.  

Masa Kecil Sayyidah Fatimah

Getirnya kehidupan beliau harus dirasakan sejak masih kecil. Di awal kenabian nabi Muhammad, keluarganya harus menerima caci maki dari kaum Quraisy. Tak hanya itu saja, ibunya Siti Khadijah sudah meninggalkan beliau di saat masih usia anak-anak.  dibalik pahitnya kehidupan yang beliau alami tidak membuat syaidah Fatimah menjadi sosok yang pendendam dan putus asa,, Berkat bimbingan dari sang ayah yakni Rasulullah, beliau menjadi pribadi yang bisa meneladani akhlak, menjadi sosok yang tegar dan bersahaja.

Pernikahan Syaidah Fatimah binti Muhammad

Dalam sejarah Islam, Siti Fatimah menikah diusianya yang baru 18 tahun dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Pernikahan antara keduanya diadakan setahun setelah Nabi Muhammad dan pengikutnya hijrah ke Madinah. Nabi Muhammad sebagai ayah dari Fatimah az-Zahra menyetujui pernikahan ini karena adanya hubungan kekerabatan dan hubungan sosial dengan keluarga dari Ali bin Abi Thalib RA. Ayah dari Sayyidina Ali adalah Abu Thalib yang merupakan paman dari Nabi Muhammad.

Dari pernikahahan  tersebut dikaruniai empat orang anak, yaitu dua orang putra dan dua orang putri. Nama kedua putra mereka adalah Hasan dan Husain. Keduanya menjadi cucu yang sangat disayangi Rasulullah SAW. Sedangkan nama kedua putri mereka yaitu Zainab dan Ummu Kultsum.

Sebagai Sosok Teladan Para Perempuan Muslim

Sebagai seorang istri dan ibu, sifat dan perilaku syaidah fatimahpatut menjadi teladan para perempuan di dunia. Beliau merupakan wanita yang sabar, sederhana dan bersahaja. tak itu saja, beliau juga tidak pernah mementingkan kecantikan maupun kemegahan, melainkan lebih mementingkan keridhaan Allah SWT.

Kehidupan rumah tangga yang sederhana membuatnya merasa cukup dan bahagia. Ada suatu  kisah yang menceritakan dari sifat kedermawanan beliau, suatu hari ada seorang musafir yang menemui  Rasulullah di sebuah masjid. Musafir itu meminta belas kasih Rasulullah karena bekal makanan dan seluruh hartanya telah habis. Namun, saat itu, Rasulullah tidak memiliki makanan dan barang-barang yang bisa diberikan kepada si musafir

Kemudian Rasulullah menyuruhnya untuk pergi ke rumahnya dengan maksud menemui Fatimah. “Pergilah ke tempat yang dicintai Allah dan Rasulnya. Dia lebih mengutamakan Allah daripada dirinya sendiri, itu lah Fatimah, putriku.”

Si musafir pun menemui Syaidah Fatimah. Sayangnya, beliau saat itu tidak memiliki makanan dan uang untuk diberikan kepada si musafir. kemudian ingat ia memiliki kalung hadiah pernikahan dari sang suami. Dengan ikhlas, beliau menyedekahkan kalung tersebut.  Setelah menerima kalung dari Syaidsah Fatimah, musafir tersebut menemui Rasulullah dan menceritakan kejadian yang baru saja ia alami. Rasulullah pun sangat bangga kepada putrinya Syaidah Fatimah. Saat itu, salah satu sahabat Nabi, Amar bin Yassir turut mendengar cerita si musafir. Tanpa ragu, ia membeli kalung tersebut seharga 20 dinar ditambah sebuah pakaian dan seekor unta. Dan memberikan Kembali kalung tersebut dan diberikan Kembali kepada Syaidah Fatimah.

oleh : Istianah, PP. Khozinatul Ulum Blora

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *