free page hit counter

Pentingnya Usaha Untuk Mendapatkan Ilmu

santrimillenial.id – Semua manusia yang ada di dunia ini sebenarnya sama, hanya ilmulah yang membedakan mereka di hadapan Sang Pencintanya. Seseorang akan terpandang mulia apabila terdapat ilmu yang melekat dalam dirinya. Sebaliknya, seseorang akan dipandang sebelah mata, bahkan tidak dianggap sama sekali keberadaannya apabila tidak ada sedikit pun ilmu yang dapat diambil darinya.

Karena dengan ilmu seseorang bisa menjadi mulia, maka proses untuk mendapatkannya pun tidaklah mudah. Ketika seseorang tengah berproses mencari ilmu pasti terdapat rintangan yang akan menghadang langkahnya. Rintangan ini pun sangat beragam macamya, salah satunya seperti kurangnya biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Untuk memperoleh sebuah ilmu itu perlu adanya riyadhah. Riyadhah adalah tindakan mengekang nafsu dari kesenangan duniawi. Apabila seorang tholibul ilmi sering memenuhi keinginan nafsunya, maka akan begitu sulit sebuah ilmu tersebut untuk diperolehnya.

Dalam sebuah maqolah, Syekh Yahya bin Abi Katsir rahimahullah berkata,

ولا يستطاع العلم براحة الجسد

Artinya: “Ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang santai (tidak bersungguh-sungguh).

Jika seseorang berharap untuk mendapatkan sebuah ilmu tapi tidak ada kesungguhan berjuang di dalamnya, pasti hanya angan lah nanti yang akan diperolehnya. Kalau kita melihat bunga, untuk mekar dengan indah di dunia saja ia perlu adanya proses perjuangan yang panjang. Bagi seorang tholibul ilmi juga perlu adanya proses perjuangan yang lebih keras dari bunga untuk bisa mekar indah bersama ilmu. Karena keindahan mekar bersama ilmu nanti akan bersinar di dunia dan akhirat. Maka dari itu, perlu adanya sebuah cita-cita yang tinggi untuk bisa mendapatkan ilmu.

Dengan cita-cita yang tinggi inilah ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan sejauh mana cita-cita yang diinginkannya. Hal ini sebagaimana halnya dengan burung yang terbang. Seekor burung akan terbang setinggi kekuatan sayap yang dimilikinya.

Syekh Az-Zarnuji dalam kitab Ta’limul Muta’alimnya menjelaskan,

والركن فى تحصيل الأشياء الجد والهمة العالية، فمن كانت همته حفظ جميع كتب محمد بن الحسن، واقترن بذلك الجد والمواظبة، فالظاهر أنه يحفظ أكثرها أو نصفها، فأما إذا كانت له همة عالية ولم يكن له جد، أو كان له جد ولم تكن له همة عالية لا يحصل له العلم إلا قليلا.

Artinya: “Pangkal kesuksesan untuk mendapatkan sesuatu adalah kesungguhan dan keinginan yang tinggi. Barang siapa berkeinginan menghapalkan seluruh kitab Muhammad Ibnu Hasan, lagi pula disertai usaha yang sungguh-sungguh dan tak kenal berhenti, maka menurut ukuran lahir pasti akan bisa menghafal sebagian besar atau separohnya. Demikian pula sebaliknya, bila cita-citanya tinggi tapi tidak ada kesungguhan berusaha, atau sungguh-sungguh tetapi tidak bercita-cita tinggi, maka hanya sedikit pula ilmu yang akan berhasil didapatkannya.”

Dalam kitab Ta’limul Muta’alim juga terdapat sebuah penggalan maqolah dari Imam Abu Hanifah yang menjelaskan akan bahayanya malas bagi seorang tholibul ilmi.

قال أبو حنيفة رضى الله لأبى يوسف: كنت بليدا أخرجتك المواظبة، وإياك والكسل فإنه شؤم وآفة عظيمة.

Artinya: “Imam Abu Hanifah berkata kepada Abu Yusuf : “Hati dan akalmu tertutup. Tapi engkau bisa keluar dari belenggu itu dengan cara terus-terusan belajar. Jauhilah malas, karena malas itu sebuah perkara yang jahat dan petaka yang besar.”

Sungguh, akan sangat berbahaya apabila seorang tholibul ilmi sering bersantai-santai atau malas-malasan. Dengan rasa malas ini pasti sebuah ilmu itu akan enggan untuk tinggal pada dirinya. Karena apabila tidak ada kesungguhan dalam mempelajari ilmu, apakah mungkin seorang tholibul ilmi akan memahami sebuah ilmu?

Oleh: Muhammad Sholihul Huda, Pondok Pesantren Mansajul Ulum, Pati.

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *