free page hit counter

Wajah Pancasila dari Perspektif Islam

Indonesia memiliki Ideologi yang final bernama Pancasila. Lima sila yang mengandung dasar atas segala hal. Ideologi tersebut sangat berperan bagi dasar negara, sebagai pandangan hidup, identitas, tujuan, cita-cita Bangsa Indonesia sampai menjadi sumber dari hukum.

Bangsa yang multikultural dengan bahasa, adat, suku, pulau, budaya, agama menjadi poin keistimewaan tersendiri. Selain itu, keindahan alam Indonesia dan letak yang strategis Nusantara, menarik perhatian masyarakat luar untuk menikmati setiap pemandangan yang memanjakan mata.

Alih-alih berwisata, para turis tanpa disadari membawa kultur baru bagi Indonesia. Apalagi yang memutuskan untuk menjadi warga Indonesia. Baik dari segi makanan, budaya, cara bersosial dan sebagainya. Meskipun, tidak merubah semua karakteristik yang ada, pasti terdapat pola baru yang membuat negara ini makin beragam. Namun, hal itu bisa positif ketika tetap menjaga kelestarian.

Penyebab heterogenitas di Indonesia memang tidak serta-merta dari luar, tetapi juga dari internal bangsa sendiri. Bila Indonesia tidak mempunyai dasar negara yang kokoh, ada kemungkinan mudahnya disparitas, minimnya toleransi. Akan tetapi  Pancasila dapat membantu menyatukan bangsa dengan memiliki sebuah tujuan dan cita-cita yang sama.

Sebagai dasar segala dan sumber hukum, Pancasila dapat menegakkan keadilan supaya  semua elemen bangsa dapat terus bersama berjalan menuju satu tujuan, yakni kesejahteraan.

Poin Pancasila dalam Al-Qur’an

Peran Pancasila tidak lepas dari para tokoh penyusun norma-norma di dalamnya. Terdapat nilai islami sehingga terpampang jelas wajah lima pokok (المبادئ الخمسة) tersebut ada unsur Islam. Diantaranya:

1. KeTuhanan Yang Maha Esa

١. الرَّبَّانِيَةُ المُفَرِّدَة

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam (Al-Baqarah [2]:163). 

وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ  لَآاِلٰهَ اِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ ࣖ

“Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

2. Kemanusian yang Adil dan Beradab

٢. الإِنْسَانِيَةُ الْعَادِلَةُ المُهَابَةُ

Manusia sebagai salah satu ciptaan Allah, Ia mengarahkan untuk menerapkan adil. Dalam (Al-Mā’idah [5]:8) menerangkan sikap adil itu dekat dengan ketaqwaan seseorang kepada penciptanya.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

3. Persatuan Indonesia

٣. الْوَاحْدَةُ الْانْدُونِيْسِيَا

Allah berfirman dalam (Āli ‘Imrān [3]:103) terkait persatuan Indonesia sebagai poin ketiga dari Pancasila 

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

“Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

٤. الشَّعْبِيَةُ المُوَجَّهَةُ بِا الحِكْمَةِ وَالشُّورَى لِلنِّيَابَة

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman pada (Āli ‘Imrān [3]:159) yang menjadi salah satu nilai bermusyawarah 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

“Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

٥. العَادِلَةُ الاِجْتِمَاءِ لِلْكَآفَّةِ الشَّعْبي الاندونيسيا

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam (An-Naḥl [16]:90), menerapkan keadilan sebagai perintah Allah kepada hambanya dalam kebaikan kepada siapapun 

۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.”

Sumber Gambar: Kalimahsawa.ID

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *