free page hit counter

Fenomena Kerukunan Agama Hindu dan Islam di Danau Bratan Bedugul Bali

Danau Bratan Bedugul, salah satu danau yang menarik perhatian wisatawan ketika berkunjung ke Bali karena keindahan tempatnya. Persis di bagian barat danau ada Pura Ulun Danu Bratan. Angle foto danau tersebut masuk di kertas rupiah pada uang nominal 50.000. Selain memanjakan mata, ada fenomena kerukunan antar agama di dekat danau tersebut.


Pasalnya, wilayah yang hampir setiap ruas jalan terdapat dewa, masih menaruh toleransi secara fisik dengan adanya tempat ibadah umat Islam. Masjid Besar berwarna kuning kecoklatan dengan Kuba berwarna Biru, tepat berada di sebrang atas Danau Bratan Bedugul, Masjid Besar Al-Hidayah.


Melansir dari JPNN.com Bali, menuliskan, Masjid Besar Al-Hidayah berdiri tahun 1927 dan dibangun di tanah seluas 886 meter persegi. Masjid tersebut menjadi pusat kegiatan keagamaan Islam sekaligus sebagai tempat memanjakan wisatawan memandang Danau Bratan dari atas.


Meskipun kerukunan antara agama Hindu dan Islam, ada batasan tertentu dengan kesepakatan masyarakat sekitar. Misalnya, tepat, Hari Jumat sekitar pukul 10:30 WITA tiba di Danau Bratan. Tidak terdengar suara lantunan ayat suci Al-Quran di setiap sudut kota.


Biasanya menjelang sholat Jumat bertebaran lantunan ayat suci Al-Quran di sepanjang kota, Pulau Jawa contohnya. Namun, tidak di sana. Sekalipun masjid besar, tidak bisa semena-mena mengimplementasikan kebiasaan Islam di Bali. Ya, karena memang pulau Dewata. Bukan persoalan minoritas ataupun mayoritas. Tetapi ini bentuk toleransi.


Perlu rasa menghargai antar sesama manusia di negara Bhineka Tunggal Ika. Hal yang sama akan terjadi di Pulau Jawa yang mayoritas beragama Islam. Perbedaan suasana inilah yang menjadi pembeda di Pulau Bali. Akan sulit menemukan masjid atau mushola dan mendengar firman-Nya di sepanjang jalan menjelang waktu sholat.

Implementasi Moderasi Beragama di Danau Bratan

Menelisik makna moderasi beragama dalam “Tanya Jawab Moderasi Beragama” yang diterbitkan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI pada tahun 2019 mengatakan, moderasi beragama berarti bagaimana proses beragama melalui nilai yang moderat.

Sebagai jalan tengah “jalan yang baik”, moderasi berarti tidak ekstrim atau fanatik terhadap agamanya. Sehingga tidak gampang menyalahkan agama lain tanpa toleransi. Dalam tindakannya nanti akan bersikap moderat.

Wujud keberadaan Masjid Agung Al-Hidayah di dekat Danau Bratan menjadi implementasi nilai moderasi bergama. Mereka menjalin kerukunan dengan menghormati proses dan waktu peribadatan masing-masing agama. Saling menghargai dan menghormati.

Keharmonisannya bisa terasa saat memasuki wilayah tersebut. Keberagaman bukan menjadi persoalan yang rumit, apalagi harus menghadirkan pertikaian. Yang akan berakhir dengan perpecahan. Namun, masyarakat Indonesia masih memegang setiap bait Pancasila sebagai ideologi yang final.

Sumber Gambar: Masjidinfo

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *