santrimillenial.id – Di dalam karyanya, yakni kitab Minhajul ‘Abidin. Imam Ghozali mengingatkan bahwa penghalang keempat atau terakhir adalah hawa nafsu. Untuk itu, kita harus berhati-hati terhadap dorongan hawa nafsu yang akan menyeret kita berbuat kejahatan. Hawa nafsu adalah musuh yang sangat mencelakakan. Menimbulkan petaka yang amat besar dan sukar dihindari. Oleh karena itu, kita harus waspada. Ini karena dua perkara, yakni:
1). Karena hawa nafsu merupakan musuh dari dalam. Bukan musuh dari luar, seperti halnya setan.
Terdapat sebuah syair yang berbunyi:
نَفْسِي إِلى مَا ضَرَ ني دَاعِي # تُكْثِرُ اسْقَامِي وَأَوْجَاعِي
كَيْفَ احْتِيَالِي مِنْ عَدُوّاذَا # كَانَ عَدُوِّي بَيْنَ أَضْلَاعَى
Artinya: “Nafsu senantiasa mengajakku ke jalan celaka, hingga aku merasa sakit dan nyeri. Bagaimana seharusnya aku bertindak, jika musuh itu menyelinap di antara tulang rusukku.“
2). Karena hawa nafsu adalah musuh yang disukai, maka manusia yang mencintainya akan menutup mata terhadap segala keaibannya. Ia tidak akan melihat segala keaiban itu. Seperti dikatakan syair:
وَلَسْتَ تَرَى عَيْبًا لِذِي الْوُدَ وَالْإِخَا : وَلَا بَعْضَ مَا فِيهِ إِذَا كُنتَ رَاضِيًّا
Artinya: “Engkau tidak akan melihat keaiban orang yang engkau cintai dan engkau jadikan saudara, bahkan sedikit pun keaibannya tidak tampak bila engkau sudah mencintainya.
Mata yang rida itu rabun terhadap keaiban.”
Sedangkan mata yang benci akan melihat keaiban dan atau kesalahan. Apabila seseorang menganggap baik keburukan dan tidak melihat keaibannya padahal sudah jelas bahwa hawa nafsu adalah musuh berbahaya maka ia akan segera menyesal dan mengalami kerusakan tanpa disadari. Terkecuali orang yang dipelihara Allah dengan karunia-Nya dan mendapat pertolongan Nya untuk mengalahkan nafsu.
Bahwa awal kecelakaan, penyesalan, kehinaan, dosa serta penyakit yang hinggap pada manusia sejak dahulu hingga hari kiamat kelak adalah datang dari hawa nafsu. Tetapi, adakalanya datang dari diri sendiri, atau dengan persekutuannya.
Maksiat Disebabkan Oleh Hawa Nafsu
Maka, maksiat yang pertama dilakukan oleh iblis serta penyebabnya adalah hawa nafsu takabur dan hasud, sehingga menyeretnya ke jurang kesesatan. Meskipun, ia telah beribadah selama delapan puluh ribu tahun.
Demikian pula kesalahan Nabi Adam dan Hawa. Mereka menuruti nafsunya yang ditiupkan oleh setan. Disebabkan menginginkan tetap tinggal di surga, hingga mereka terpedaya oleh ucapan setan, “Apakah engkau ingin kutunjuki pohon yang menjadikan abadi dan kerajaan yang kekal?”
Pelanggaran itu nyata sekali. Hal itu terjadi karena bujukan iblis yang dibantu oleh hawa nafsu, sehingga Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa terpedaya. Akibatnya, ia diturunkan dari surga ke bumi yang fana ini. Mereka mengalami kepahitan itu. Dan hal itu akan dialami pula oleh anak cucu Adam hingga hari kiamat.
Juga kisah Harut dan Marut, dikarenakan menuruti hawa nafsu syahwatnya. Demikian seterusnya hingga akhir zaman. Sekiranya di dunia ini tidak ada hawa nafsu, tentu makhluk berbahaya, sudah selayaknya jika setiap individu yang berpikir selalu berhati-hati dan menjaga diri menghindari tuntutan hawa nafsu. Juga memohon hidayah serta taufik Allah agar selamat dari godaan hawa nafsu.
Cara Menghindari Hawa Nafsu
Bagaimana cara menghindari hawa nafsu? Sebagaimana telah kami terangkan dalam Bab Awaiq, bahwa masalah hawa nafsu sangat sulit dan tidak bisa dihalau begitu saja seperti mudahnya mengusir awaiq lainnya. Sebab, hawa nafsu merupakan motor penggerak manusia. Dikisahkan, ada seorang A’rabi mendoakan seseorang dengan berkata, “Semoga Allah menghancurkan semua musuhmu, kecuali nafsumu.”
Meskipun demikian, kita tidak boleh mengabaikannya sama sekali, karena hawa nafsu sangat berbahaya. Untuk itu, terdapat dua jalan:
1. Dididik dan diberi ajaran, dengan harapan dapat melakukan pekerjaan baik.
2. Lemahkan dan menahan diri, agar ia tidak terus menerus menguasai kita.
Memang, dalam mengendalikan hawa nafsu kita harus berusaha sekuat tenaga dan berpikir keras. Seperti telah kami jelaskan, nafsu harus dilawan dengan takwa dan kebaikan.
Cara Melawan Nafsu Syahwat
Jika nafsu kita ibaratkan kuda binal yang ganas dan liar, cara apa yang harus kita pergunakan untuk melawannya? Para ulama mengatakan, untuk mengalahkan nafsu syahwat terdapat tiga cara:
1. Mengekang keinginan. Sebab, binatang binal akan lemah bila dikurangi makannya.
2. Dibebani dengan beribadah. Sebab keledai pun jika ditambah bebannya dan dikurangi makannya akan tunduk dan menurut.
3. Berdoa dan memohon pertolongan Allah.
Nabi Yusuf a.s. mengatakan bahwa:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةُ بِالسُّوءِ إلا مَا رَحِمَ رَبِّي .
“Nafsu itu memerintahkan berbuat kejahatan, kecuali orang-or- ang yang dikasihi Allah.” (Yusuf: 53).
Dan jika kita berusaha menjalankan ketiga hal di atas, Insya Allah dengan izin Allah nafsu akan berhasil kita tundukkan dan kendalikan. Dengan demikian, kita akan terbebas dan terselamatkan dari segala tindakan kejahatan.
Sumber: terjemah kitab minhajul ‘abidin cetakan “Mutiara Ilmu” Surabaya, Th 1995
Oleh: Alma’ruf PP Salaf APIK Kaliwungu Kendal