santrimillenial.id – Manusia adalah makhluk yang selalu membutuhkan manusia lain. Membutuhkan relasi antar sesama. Relasi dalam pertemanan, relasi dalam pekerjaan, relasi dalam beragama, relasi dalam bernegara, dan relasi-relasi antar sesama lainnya. Sehingga Allah menciptakan cinta di antara mereka. Cinta sesama manusia.
Dr. Fahruddin Faiz di dalam acara ngaji kebangsaan di Pati yang dilaksanakan oleh DDS Jateng dan PDI IPMAFA menjelaskan bahwa ada empat hakikat cinta sesama.
- Fitrah
Cinta sesama hakikatnya adalah fitrah. Dorongan jiwa yang muncul secara alami.
Imam Al-Ghazali menyatakan:
اِنَّ حُبَّ القَلْبِ لِلمُحْسِنِ اِضْطِرَارًا لاَ يُسْتَطَاعُ دَفْعُهُ وَهُوَ جُبْلَةٌ وَفِطْرَةٌ لَا سَبيْلَ إِلَى تَغْيِيرِهَا
Artinya, “Sungguh kecintaan hati orang yang berbuat baik merupakan sesuatu yang bersifat pasti, tidak bisa ditolak. Itu merupakan watak dan naluri yang tidak bisa diubah.” (Al-Ghazali, Ihyâ’ Ulûmiddîn, juz IV, halaman 298).
Pak faiz “berkata bahwa cinta itu anugrah dan yang mendatangkan adalah Allah”. Disetiap diri manusia pasti ada rasa cinta yang sudah melekat secara alami tanpa adanya paksaan.
Seperti halnya keterikatan kita kepada tanah air. “Cinta tanah air itu alamiah” kata beliau. “Jadi, ketika ada orang yang ingin menciptakan permusuhan dan kerusakan di tanah air atau negaranya sendiri, maka ada yang salah dengan hatinya”. - Amanah
Amanah yang diberikan Allah kepada manusia adalah saling menyayangi dan saling mencintai.
“Ketika Allah sudah mendatangkan anugrah cinta dalam diri kita, tugas kita selanjutnya adalah menghidupkan dan menegakkannya”. Uangkap beliau. - مجال الخير (arena kebaikan)
Orang lain adalah arena untuk berbuat kebaikan. Banyak kebaikan yang membutuhkan orang lain agar kebaikan itu terwujud.
Jadi, jika kita memusuhi orang lain, bertengkar, bahkan menciptakan sebuah peperangan antar sesama, artinya kita melenyapkan medan kebaikan. - طريق الاصلاح (jalan untuk perbaikan diri)
Adanya manusia lain itu untuk melengkapi kekurangan kita. Manusia tidak ada yang sempurna, juga tidak bisa melakukan semua sendirian. Kalau kata beliau “seintrofert seseorang, dia pasti akan tetap membutuhkan orang lain untuk melengkapi hidupnya”.
Kalau kata pujangga, “hadirmu melengkapi hidupku”.
Jika kita memperdalam hakikat cita sesama lebih dalam, maka tidak ada lagi kekerasan, tawuran, korupsi, dan peperangan antar kelompok. Karena slah satu sebab utama krisis yang dihadapi umat manusia dewasa ini adalah minimnya cinta dalam kehidupan kita.
Oleh: Putri Nadilla