Jangan Ada Dusta Diantara Kita

Terkadang berbohong menjadi suatu hal yang dimaklumkan dalam keadaan tertentu. Namun, bisakah dibenarkan hal ini. Sedangkan kita tahu bahwa berbohong adalah sikap yang buruk dan termasuk salah satu penyakit hati. 

Berbohong termasuk sikap buruk dan berdosa jika melakukannya. Sudah sangat jelas bahwa Allah SWT membenci sikap ini. Firman Allah dalam QS. Az Zumar ayat 3 :

اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُۗ وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ 

Artinya: Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.

Allah tidak akan memberi petunjuk bagi seorang pendusta / pembohong. Selain itu, berbohong juga merupakan salah satu tanda-tanda orang munafik. Sebagaimana dalam Sabda Rasulullah SAW,

آيَة الْمُنَافِق ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اُؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu (1) ketika berbicara ia dusta, (2) ketika berjanji ia mengingkari, dan (3) ketika ia diberi amanat ia berkhianat”. (HR. Bukhori)

Berbohong adalah penyakit hati, dimana seseorang yang sedang melakukan kebohongan meskipun baru sekali dan sepele, pasti akan melakukannya kembali di lain hari.

Berbohong dengan alasan untuk kebaikan pun pada dasarnya tidak bisa dibenarkan. Bukankah sudah jelas bahwa Rasulullah SAW telah memberi wasiat kepada kita untuk senantiasa bertakwa dan berkata jujur meskipun itu pahit قل الحق ولو كان مرا.

Karena memang kebenaran bagi sebagian keadaan adalah kepahitan itu sendiri. Namun sebagai bentuk ketaqwaan kita, sudah seharusnya kita menerima apapun keadaan. Dengan selalu bersikap jujur dan menghindari sifat manipulatif.

Oleh : Nurul Wahidatul Hamidah (Santri PP. Khozinatul Ulum Blora)

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *