Wayang Kulit : Dakwah atau Bid’ah?

santrimillenial.id – Wayang kulit merupakan salah satu dari beberapa kesenian tradisional yang ada di Indonesia, utamanya di pulau jawa. Yang mana pada masa lalu Islam berkembang dengan pesat merupakan salah satu andil dari kesenian ini.  Wayang kulit sendiri adalah hasil dari akulturasi budaya yang dikenalkan oleh Raden Mas Said atau Sunan Kalijaga. Beliau menjadikan wayang sebagai media dakwah di daerah Jawa Tengah. Yang mana pada masa itu masih kental dengan budaya jawa seperti wayang dan gamelan.

Sunan Kalijaga sendiri dalam dakwahnya memasukkan unsur ajaran Islam dalam seni pewayangan. Dia juga mempelajari karakteristik masyarakat di sana serta mendalami ilmu mendalang hingga ilmu tentang kesusastraan. Wayang sentuhan dari Sunan Kalijaga sendiri memiliki perbedaan dengan wayang dari budaya Jawa yang asli. Wayang ini sebelumnya berupa gambar manusia di atas kertas. Lalu Sunan Kalijaga mengubahnya dengan kulit kambing hingga akhirnya kita mengenalnya sebagai wayang kulit.

Gambar yang beliau tampilkan juga cenderung mirip karakter yang tidak nyata, bukan memiliki wujud manusia. Mengingat wayang yang berbentuk manusia diharamkan oleh Sunan Giri. Ajaran yang disampaikan melalui unsur budaya jawa dengan wayang kulit terbukti mudah diterima oleh mayoritas masyarakat jawa pada masa itu. Namun beberapa waktu lalu sempat beredar video ceramah seorang ustad yang menyebutkan bahwa wayang adalah haram. Selain itu ia juga berkata bahwa wayang harus dimusnahkan karena dilarang oleh agama Islam. Wayang juga merupakan peninggalan dari nenek moyang yang sebaiknya untuk dikenang saja.

Padahal agama Islam sendiri adalah agama yang menerima tradisi. Seperti ketika Nabi melakukan dakwah di kota Mekkah dan Madinah, kedua kota tersebut juga memiliki tradisinya sendiri-sendiri.Tradisi yang tidak bertentangan dengan aqidah maupun fiqih,Nabi pun akan menerimanya. Hal ini menjadi sebuah bukti bahwa Nabi sendiri sama sekali tidak memberikan suatu penolakan terhadap suatu tradisi.

Orang-orang dari kelompok yang anti dengan tradisi yang bergerak dengan wacana pemurnian agama Islam selalu berbicara tentang segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan apa yang dibawa Rasulullah. Maka mereka akan menganggap hal tersebut tahayul, khurafat, serta wajib disingkirkan. Karena mereka hanya memahami agama Islam secara tekstual, tidak secara kontekstual. Oleh sebab itu kita sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya memiliki kesadaran akan kekayaan budaya Nusantara serta memiliki kesungguhan dalam menjaga dan merawatnya. Agar kelak budaya-budaya warisan dari leluhur kita tidak hilang karena kelompok-kelompok tersebut. 

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *