Kyai, Kontrol Sosial di Masyarakat

santrimillenial.id – Sebagai pemimpin agama, kyai memiliki pengaruh yang cukup dominan yang diakui kepemimpinannya oleh masyarakat. Nyatanya pengaruh kyai di mata masyarakat tidak hanya terlibat dalam urusan ritual keagamaan, hampir semua persoalan kehidupan yang dirasakan masyarakat biasanya selalu dikonsultasikan kepada kyainya.

Pengaruh Elit di Masyarakat

Dalam kajian sosiologi, pengaruh elite di tengah masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu monomorphic dan polymorphic (Usman, 1996). Disebut sebagai penyandang kepemimpinan monomorphic jika pemimpin yang bersangkutan hanya berpengaruh pada satu bidang saja. Sebaliknya, jika pemimpin dimaksud memiliki pengaruh dalam berbagai bidang sekaligus, maka kepemimpinannya bersifat polymorphic.

Dimensi pengaruh ini lazimnya berkaitan dengan struktur kekuasaan yang berkembang dalam masyarakat. Kepemimpinan monomorphic lebih banyak berkembang dalam kehidupan masyarakat yang berstruktur kekuasaan pluralistik, sedangkan kepemimpinan yang bersifat polymorphic lebih banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat yang berstruktur kekuasaan monolitik.

Dilematis Posisi Kyai

Kesulitan untuk menempatkan kyai pada posisi dikotomik tersebut ialah menyangkut tentang pemahaman terhadap substansi peran kyai yang sebenarnya dilakukan. Beberapa kajian tentang peran kyai, misalnya yang dilakukan oleh Muhammad Asfar menyimpulkan bahwa kepemimpinan kyai sudah bergeser, terdegradasi oleh jenis kepemimpinan yang lain (Prisma, 1995). Asfar sampai pada kesimpulan itu mungkin ia membayangkan bahwa dahulu kyai melakukan peran-peran pembimbingan kepada masyarakat secara menyeluruh tak terkecuali menyangkut hal-hal yang bersifat teknis.

Padahal senyatanya belum tentu demikian. Kedatangan seseorang ke kyai tatkala akan mengembangkan pertanian, perdagangan, beternak, membangun rumah dan seterusnya bukan berarti orang tersebut ingin memperoleh jawaban yang bersifat teknis, melainkan sebatas meminta doa restu agar usahanya itu berhasil.

Kunjungan Masyarakat ke kyai sebenarnya ialah ingin memperoleh peneguhan aspek transenden dan bukan layanan yang bersifat tekni. Jika kehadiran ke kyai dipahami demikian, maka kemajuan ilmu pengetahuan sekarang, tidak secara otomatis menggeser peran kyai.

Peran Trensenden Kyai

Sampai saat ini, peran kyai yang bersifat transendental masih berjalan terus. Hal ini terlihat dari kyai yang dipercayai mampu memberikan kekuatan supranatural masih banyak jumlahnya dan didatangi oleh masyarakat, termasuk mereka yang berpendidikan tinggi dan bahkan juga pejabat.

Kyai oleh masyarakat pedesaan biasanya tidak saja dilihat dari sisi keluasan ilmunya, melainkan yang tidak kurang pentingnya ialah kemampuan spiritualnya. Seorang kyai, mungkin, kemampuan agamanya rendah, tidak terlalu banyak kitab yang dibaca, tetapi ia memiliki pengaruh yang luas, karena dianggap memiliki ilmu supranatural hingga juga memiliki kharisma yang tinggi. Sebaliknya, terdapat kyai yang sesungguhnya memiliki pengalaman pendidikan pondok pesantren yang lebih lama, tetapi pengaruhnya terbatas.

Skop Pengaruh Kyai

Keluasan pengaruh ini tergantung dari banyak aspek, salah satunya termasuk seberapa besar kharisma yang berhasil dibangun. Bruinessen (1994:152) mengamati bahwa kharisma kyai tergantung kepada kharisma ayah dan para pendahulunya dan juga dipengaruhi kharisma gurunya. Baik kekuatan supranatural maupun faktor keturunan sebab kepemimpinan membangun kharisma seseorang sendiri sebagaimana yang dijelaskan oleh Surbakti (1992:139) ialah sebagai kepemimpinan yang berpegang pada kekaguman masyarakat terhadap seorang pemimpin yang memiliki kelebihan yang luar biasa.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kyai merupakan tokoh sentral masyarakat. Sehingga kyai mempunyai otoritas untuk melakukan control sosial di masyrakat.

Anda mungkin juga suka.